10/27/2015

Pembelajaran Agama Islam



BAB II 
PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA 
A.    Dasar dan Tujuan PAI
   1. Dasar  Pendidikan Agama Islam
Menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengartikan pendidikan Agama Islam adalah: "Usaha yang dilahirkan secara sadar berupa bimbingan, asuhan dan didikan terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai kebutuhan hidupnya yang pancasilais dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa."[1]
Dasar pendidikan agama Islam adalah Al-Qur’an yang memberi pandangan hidup bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, Pendidikan Islam tidak mungkin dapat di bicarakan tanpa mengambil Al-Qur’an sebagai rujukannya. "Tiga sumber yang harus digunakan secara hirarkis, yaitu Al-Qur'an, Al-Hadits dan Ijmak, namun Al-Qur’an harus didahulukan"[2]. Apabila suatu ajaran atau penjelasannya tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an, maka harus dicari di dalam Sunnah, apabila tidak juga ditemukan di dalam sunnah, barulah digunakan Ijmak.

a.   Al-Qur’an sebagai Dasar Pertama
Al-Qur’an sebagai petunjuk, hal ini sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud Al-Qur’an yaitu  :
1.  Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus di anut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.  Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma- norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif.
3.  Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.[3]

Dari keterangan di atas jelas bahwa pemahaman pandidikan Islam yang terkandung di dalamnya Al-Qur’an sebagai sumber pertama, membutuhkan kepada pemahaman dan mengamalkannya dengan baik dan benar agar manusia  bertambah taat kepada Allah SWT.
b.      Al-Hadits sebagai Sumber Kedua
Sumber kedua pendidikan Islam adalah Hadits, sebagai mana telah diketahui bahwa Hadits itu berfungsi, "menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur'an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya, serta menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktekkan"[4]. Dalam lapangan pendidikan Hadits berfungsi sebagai penjelas sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal yang tidak terdapat padanya.
c.   Itjihad
Ijtihad dalam lapangan pendidikan malah nyaris tak terdengar. Sebabnya barangkali bisa dirujuk pada kondisi sosial umat di masa lalu. Persoalan kenegaraan, perdagangan, perkawinan, dan sebagainya seperti terlihat pada tema-tema Fiqh tampak merupakan masalah akut pada masa itu, sementera persoalan pendidikan cukup diatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada. Meskipun demikian, ada sebagian ulama yang peduli terhadap masalah pendidikan, di antaranya dapat disebutkan "kelompok Ikhwan Al-Shafa, Al-Ghazali, Ibnu Khladum, Al-Zurnuji, Al-Kanbin, dan Al-Anshari".[5]
Dari keterangan di atas jelas bahwa ada ulama yang peduli terhadap pendidikan Islam, yang ijtihatnya atau pemikirannya bermamfaat bagi perkembangan pendidikan Islam.
  2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu bidang studi pendidikan  agama yang diajarkan dengan tujuan adalah,  "Untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang berakhlak kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, baik dalam kehidupan bernasyarakat, berbangsa dan bernegara."[6]
Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang No 20 Tahun 2003  tentang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan keehidupan bangsa, sehingga berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab [7]

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa pengajaran agama adalah suatu bidang studi yang harus diajarkan pada lembaga pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan, tujuan pendidikan agama di sekolah umum pada hakekatnya ada dua dimensi, di antaranya :
a.  Dimensi Vertikal (Hubungan Manusia Dengan Tuhan ).
Manusia sebagai mahkluk Tuhan dalam setiap sikap dan perbuatan selalu berhubungan dengan sang pencipta-Nya, merupakan tujuan dari pendidikan
 Nasional dan dimensi inilah yang diutamakan dalam agama yaitu yang berhubungan dengan Allah.
b.  Dimensi Horizontal (Hubungan manusia dengan manusia).
Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) tidak akan sempurna hidupnya tanpa adanya hubungan sesamanya, faktor budi pekerti dan kesopanan sangat memegang peranan yang sangat penting kepribadianya, dan semangat kebangsaan yang tebal dapat memupuk manusia itu sendiri, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembagunan bangsa dan negaranya.
            Untuk mencapai hasil yang sempurna melalui pendidikan agama yang lebih baik, maka pelaksanaan yang dapat ditempuh dengan cara :
- Membina manusia yang melaksanakan ajaran agamanya baik dan sempurna sehingga mencerminkan sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupan.
-  Mendorong manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan diakhirat.
-  Mendidik ahli-ahli agama yang cakap dan trampil.
Di dalam buku-buku pendidikan agama Islam kita melihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam itu adalah sama. Disini akan  disajikan beberapa macam pendidikan agama Islam kemudian dibandingkan dengan pendidikan Nasional. Menurut M. Arifin, Pendidikan agama itu bertujuan "Untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian Muslim yang lahiriah dan bathiniah yang mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keredaan Allah Swt".[8]
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat tujuan pendidikan Islam itu adalah  sebagai berikut :
Menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam bubungannya dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari ala mini untuk kepentingan hidup di dunia dn di akhirat.[9]

Dengan mengambil dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama adalah untuk mewujudkan kepribadian muslim kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat serta alam semesta.

B.     Ruang Lingkup Materi PAI di SMP
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar atau terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agma Islam melalui kegiatan bimbingan dan latihan. Pendidikan agama Islam pada hakikatnya merupakan sebuah proses, dalam perkembangannya juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan disekolah maupun diperguruan tinggi
Pendidikan Agama Islam tingkat SMP mencakup usaha perwujudan keserasian, leselarasan dan keseimbangan antara :
1 Hubungan Manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan sekitarnya.[10]
Adapun materi pendidikan agama Islam di tingkat SMP yang diajarkan untuk kelas tujuh (VII), kelas delapan (VIII) dan kelas sembilan (IX) adalah sebagai berikut:
Kelas  VII                   Materi Pokok
1.      Surat Ad-Dhuha
2.      Surat Al-'Adiyat
3.      Hukum membaca Alif Lam Syamsyiah dan Qamariah
4.      Hukum bacaan Nun mati/Tanwin dan mim mati
5.      Hadist tentang rukun Islam
6.      Iman kepada Allah
7.      Lima Asmaul Husna : (Al-Aziz, Al-Wahhab, Al-Fatihah, Al-Qayyun, dan Al-Hadi)
8.      Iman kepada Malaikat Allah
9.      Berhati lembut, setia,  kerja  keras, tekun dan ulet
10.  Sabar dan tawakkal
11.  Hasad, Suuzhan, khianat dan jubun
12.  Thaharah (bersuci) dan mandi Junup
13.  Shalat wajib
14.  Shalat berjamaah
15.  Macam-macam sujud
16.  Shalat jum'at
17.  Shalat jama' dan Qasar
18.  Shalat sunat rawatib dan Idain
19.  Masyarakat Makkah sebelum Islam datang
20.  Masyarakat Makkah setelah Islam datang
 

Kelas VIII                  Materi Pokok
1.      Surat At-Tiin
2.      Surat Al-Qadar
3.      Hukum bacaan Qalqalah, lam, dan ra'
4.      Hukum bacaan Mad
5.      Hadist tentang menuntut ilmu
6.      Iman kepada kitab-kitab Allah
7.      Iman kepada Rasul Allah
8.      Tata cara bergaul dengan orang tua, guru yang lebih tua, teman sebaya, dan lawan jenis
9.      Sifat egois dan pemarah
10.  Sifat dendam dan munafik
11.  Tata krama dalam kehidupan
12.  Shalat tahiyatul Mesjid, tarawih dan witir
13.  Puasa wajib
14.  Zakat fitrah dan zakat mal
15.  Shalat sunat Dhuha
16.  Puasa senin, kamis, syawwal, dan arafah
17.  Hukum Islam tentang makanan dan minuman
18.  Hukum Islam tentang binatang yang dihalalkan dan yang diharamkan
19.  Masyarakat madinah sebelum Islam datang
20.  Masyarakat madinah sesudah Islam datang
21.  Penyiaran Islam priode madinah.
 

Kelas IX                     Materi Pokok

1.      Surat Al-Qari'ah dan Alam Nasyrah
2.      Surat Al-Bayyinah
3.      Hukum bacaan wakaf
4.      Hukum bacaan Idgham
5.      Hadist tentang kebersihan
6.      Iman kepada hari akhir
7.      Beberapa hal yang berhubungan dengan hari akhir
8.      Pembalasan amal baik dan buruk
9.      Iman kepada qadha dan qadar Allah
10.  Qana'ah dan toleransi
11.  Peduli terhadap lingkungan
12.  Takabbur (sombong)
13.  Minuman keras (khamar), narkoba, dan sejenisnya
14.  Aqiqah dan qurban
15.  Ibadah haji dan umrah
16.  Shalat tahajjut dan istikharah
17.  Shalat jenazah
18.  Pernikahan
19.  Perkembangan Islam pada masa Khulafaur rasyidin [11]

Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMP berorientasi pada kemampuan  prilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan, dan beribadah kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam standar kompetensi ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai peserta didik ditingkat SMP.
Bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi 5 (lima) unsur pokok, yaitu, Al-Qur'an, keimanan, akhlak, Fiqh dan tarikh.[12]
Mata pelajaran pendidikan agama Islam memiliki ciri khas atau karateristik tertentu yang membedakan dengan pelajaran lain. Adapun karateristik mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan dapat dijelaskan diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam, karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
  2. Tujuan PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak yang mulia, memiliki pokok ajaran agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam.
  3. Pendidikan agama islam sebagai sebuah program pengajaran yang diarahkan pada, menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lainnya, mendorong siswa untuk kreatif, inovatif, dan kritis serta menjadi landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya menekankan pada penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.
  5. Isi mata pelajaran pendidikan agama didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist Nabi.
  6. Materi pendidikan agama Islam dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu, aqidah, syari'ah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari'ah merupakan penjabaran konsep Islam, dan akhlak merupakan penjabaran konsep ihsan.
  7. Out put pembelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia.[13] 

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di tingkat SMP ada 6 (enam) pendekatan yang digunakan, yaitu :
 1). Rasional, usaha meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran agama Islam dengan pendekatan yang memfungsikan rosio anak didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
2). Emosional, upaya untuk mengugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa .
3).Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan hasil pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari.
4). Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
5). Fungsional, menyajikan materi pokok yang memberikan mamfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
6). Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen sekolah lainnya sebagai teladan. 
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran pendidikan agama islam yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai pendekatan  dan tujuan pencapaian sasaran.

C.    Strategi dan Pendekatan Pembelajaran  Pendidikan Agama Islam
1. Strategi Pembelajaran PAI di SMP
Strategi mengajar sangat diharapkan, agar guru mampu mengairahkan siswanya dalam belajar. Jika guru mampu menggunakan strategi belajarnya dengan tepat, tentu saja pelaksanaan proses belajar mengajar akan berjalan sebgaimana yang diharapkan, begitu juga sebaliknya jika guru kurang mampu menggunakan strategi belajarnya dengan baik maka pelaksanaan proses belajar mengajar akan terhambat dan tidak mencapai sasaran yang diharapkan.
Menurut Suryosubroto strategi mengajar adalah, "Keseluruhan metode yang menitik beratkan pada kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu" [14].  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi mengajar yang digunakan guru memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga  pelaksanaan pengajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan pelaksanaan pengajaran akan mengalami ketuntasan.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan strategi proses belajar mengajar pendidikan Agama Islam yang meliputi hal-hal:
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kwalifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sistim pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kigiatan dalam mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria atau standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan unpan balik buat penyempurnaan sistim intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.[15]

Berdasarkan uraian di atas strategi mengajar merupakan cara, metode, teknik, atau pedoman yang dijadikan buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sebagaimana yang diharapkan.
1. Sasaran
Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diiginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat apa yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran harus dirumuskan secara kogkrit dan jelas, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Bila tidak, maka kegiatan belajar mengajar tidak mempunyai arah dan tujuan yang pasti.
2. Pendekatan
Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan,  pengertian dan materi apa yang digunakan guru dalam pemecahan masalah dalam pengajaran. Suatu topik tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghafal, akan berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi. Juga akan lain hasilnya jika dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai tiori
3. Metode
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah. Bila  beberapa tujuan ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai macam metode yang relevan.
4. Penilaian
Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai dimana keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya. Suatu program baru diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dalam pengajaran ada empat strategi belajar mengajar yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Sehingga penggunaan strategi yang tepat, pelaksanaan pengajaran akan mencapai sasaran.
2. Pendekatan Pembelajaran PAI di SMP
Adapun bentuk-bentuk pendekatan pendidikan agama Islam yang diterapkan dalam lembaga pendidikan di tingkat Menengah pertama di antaranya adalah sebagai berikut  :
1.  Rasional, usaha meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran agama Islam dengan pendekatan yang memfungsikan rosio anak didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
2.  Emosional, upaya untuk mengugah perasaan (emosi) emosi peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa .
3. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan hasil pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
5. Fungsional, menyajikan materi pokok yang memberikan mamfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
6. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen sekolah lainnya sebagai teladan. [16]

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran pendidikan agama islam yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai pendekatan  dan tujuan pencapaian sasaran. Sehingga siswa mudah memahaminya dan mampu mengamalkan dan pembelajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan yang diharapkan.
Di samping itu ada juga sistim pembinaan pembelajaran yang dilakukan dengan:
1. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan guru sangat mempengaruhi perkembangan agama  pengenalan akhlak bagi siswa. Sebelum anak dapat bicara dia telah dapat melihat dan mendengar kata-kata yang barang kali belum mempunyai arti apa-apa baginya, namun pertumbuhan agama telah mulai ketika itu. Setiap yang dilahirkan dalam keluarga muslim hendaknya ditanamkan ketauhidan kepada Allah SWT.
  1. Pendidikan dengan contoh Teladan
Pendidikan dengan keladanan, baik berupa tingkah laku sifat, secara berfikir, dan sebagainya. Banyak para ahli berpendapat bahwa pendidikan dengan contoh teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Abdullah `Ulwan, mengatakan "bahwa orang tua akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami peran itu apabila ia melihat pendidikannya dan pendidik tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya ".[17]
Oleh karena itu orang tua dalam melaksanakan pendidikan tidak hanya memberikan petunjuk dan bimbingan, tetapi harus memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak sebagaimana yang dijelaskan oleh Aisyah Dahlan : 
"Anak-anak lebih mudah meniru dan mencontoh dari pada mengerti ajaran-ajaran yang abstrak, mereka akan membuat seperti orang tuanya dan bertingkah laku meniru mereka, maka oleh karenanya kewajiban ibu bapak adalah memberikan bimbingan, pimpinan dan suri teladan yang baik kepada anaknya"[18]
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan anak, karena semua anggota keluarga harus memberikan contoh teladan yang baik dalam hidupnya, baik tingkah laku, perkataan, perbuatan dan pergaulan, hal ini memberi pengaruh langsung dalam kehidupan sianak.
  1. Pendidikan dengan Kebijaksanaan
Dalam melaksanakan pendidikan di sekolah, guru harus bijaksana, tidak boleh menerapkan pola otoriter, tetapi yang bersifat demokratis, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat, mengembangkan dirinya, tetapi dipihak lain orang tua turut serta aktif dalam mengontrol perilaku anak.
Hal ini sebagaimana di kemukakan oleh Umar Hasyim diantaranya adalah sebagai berikut :
Anak-anak kita adalah buah hati dan sandaran punggung kita. Kita adalah bagaikan langit yang memayungi mereka dan bagaikan bumi tempat mereka berpijak, jika mereka jengkel, usahakan agar mereka berhati penuh kerelaan. Jika mereka meminta sesuatu usahakanlah engkau memenuhi permintaan mereka. Dan janganlah kita menjadi pintu penutup atau kayu penghalang bagi mereka, sehingga mereka bosan akan hidup kita dan berpengharapan agar kita segera mati.[19]

Begitulah juga dalam mendidik anak guru tidak boleh pilih kasih atau berat sebelah, karena sikap orang tua yang demikian akan mengakibatkan perasaan sedih dan dendam atau permusuhan antara satu siswa dengan siswa lainnya, akhirnya antara sesama saudara timbul cekcok dan tidak rukun, maka guru harus pandai-pandai membawa sikap dalam mendidik anak.
  1. Pendidikan dengan memberikan hukuman
Hukuman merupakan suatu metode yang diterapkan dalam keluarga, agar si anak jera dan berhenti dari hal-hal yang buruk. Dalam memberikan hukuman janganlah memukul anak sampai ia menjerit-jerit menolong, yang tentu saja amat sakit, tetapi dalam memberikan hukuman orang tua harus bijaksana, misalnya apabila anak malas shalat malas, memakai pakaian yang tidak sopan, dan lain sebagainya, maka hukuman yang diberikan kepadanya yaitu tidak memberikan izin untuk istirahat, membersihkan wc dan lain  sebagainya.
Adapun langkah-langkah yang digunakan guru dalam menciptakan pembelajaran agama di sekolah adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan tambahan yang baik kepada anak tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuk yang sempurna dalam waktu tertentu.
2.      Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram disebabkan karena mereka melakukannya.
3.      Menyiapkan suasana agama yang sesuai dengan lingkungan sekolah dimana mereka berada. Dengan cara bersikap, bertingkah laku, serta berpenampilan sesuai dengan ajaran agama.
4.      Membimbing anak membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk dijadikan bukti atas wujud dan keagungannya.
5.      Mengalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-kativitas agama, seperti mengikuti pengajian, mengikuti ceramah agama dan sebagainya. [20]

Dengan demikian keluarga merupakan lingkungan pendidikan awal sangat mempengaruhi perkembangan seseorang anak oleh karena itu hendaknya guru mampu menciptakan lingkungan yang agamis dan didasari oleh nilai-nilai agama, sehingga anak-anak akan memperoleh pendidikan yang baik.
Oleh karena itu guru berkewajiban mengasuh dan menanamkan nilai-nilai agama seperti, keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah terhadap anak-anaknya. Dan dapat menjaga kesehatan mereka lahir dan batin dan juga menjaga keselamatan dunia dan akhirat, memberi mereka pelajaran-pelajaran yang bermanfaat, sehingga mereka menjadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Pendidikan agama dan spritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapatkan perhatian penuh oleh sekolah terhadap siswa. Pendidikan agama yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran agamanya. Begitu juga membekalkan anak dengan pengetahuan agama dan kebudayaan Islam yang sesuai dengan umurnya dalam bidang akidah. Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya cara-cara yang betul untuk menunaikan syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban agama, dan menolongnya mengembangkan sikap agama yang benar, yang termasuk kedalam imana adalah iman yang kuat kepada Allah, melaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari akhirat, kepercayaan kuat terhadap agama, takut kepada Allah.

D. Arah Pembelajaran PAI di SMP
Pada dasarnya arah pembelajaran pendidikan agama meliputi  beberapa hal, di antaranya adalah:
  1. Menumbuh Kembangkan Rasa Keagamaan
Penerapan pendidikan agama yang diterapkan di lembaga pendidikan tingkat aliyah yaitu dengan cara menumbuhkan keyakinan yang hakiki kepada Tuhan, baik dengan sikap, tingkah laku, dan juga dengan perbuatan. Jadi rasa keagamaan itu yang perlu diterapkan adalah :
  1. Keyakinan kepada Allah SWT
  2. Keyakinan Kepada Rasul Allah
  3. Rasa syukur kepada Allah SWT
  4. Berbakti dan beribadah kepada Allah SWT
  5. Kerelaan beramal. [21]

Dari keterangan di atas diharapkan siswa mampu menerapkan berbagai bidang kegamaan di lingkungan sekolah, dengan cara selalu beramal shaleh dan selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

  1. Sikap dan Tingkah Laku yang baik
Agama Islam yang mengandung ajaran dan susila yang memberikan petunjuk moral yang harus dijalankan. Agama memberikan hukuman dan sangsi dari semua tindakan-tindakan yang menyimpang dari moral. Misalnya ada diantara siswa yang berpakaian tidak sopan, bersikap dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama, serta bergaul yang tidak sesuai dengan tuntutan Islam.
Menciptakan suasana keagamaan di sekolah hendaknya digunakan dengan strategi dan metode. Sebab tanpa menggunakan metode dan strategi belajar yang tepat, maka tujuan pengajaran yang diharapkan sulit sekali tercapai sasaran yang diinginkan. Dengan demikian faktor sekolah memegang peranan penting dan berpengaruh terhadap menciptakan suasana keagamaan di sekolah, sehingga siswa tumbuh dan berkembang baik dan taat kepada agama, sebagaimana yang diinginkan.
  1. Akhlakul Karimah
Berbicara mengenai pembinaan akhlak anak ini sangatlah tergantung kepada dasar orang tuanya, jika ia dilahirkan dalam lingkungan masyarakat yang beriman dan beramal shaleh maka ia juga dengan sendirinya berkembang dan tumbuh dengan baik. Karena masyarakat yang selalu menjalankan syariatnya secara tidak langsung orang tua tersebut telah mendidik remaja untuk ikut mengerjakan seperti yang ia kerjakannya.
4. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah.
Kedua ibadah ini dapat menjadi penunjang dalam pembinaan keagamaan pada anak, ibadah mahdhah misalnya dia mempunyai rukun dan syarat-syarat tertentu dalam pelaksanaannya. Yang termasuk dalam ibadah ini adalah kelima rukun Islam yang dijadikan sebagai pedoman hidup muslim, seperti mengucapkan dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat dan haji.[22]
Sedangkan ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang dilakukan tanpa syarat dan ketentuan-ketentuan tertentu. Seperti menolong orang yang jatuh, tabrakan dan lain-lain sejenisnya.[23]
Dalam ibadah ini tidak dibutuhkan ketentuan-ketentuan tertentu dalam menolong seseorang, miskin kaya, cantik, jelek bukan menjadi ukuran bagi seseorang dapat atau tidaknya diberikan pertolongan kepadanya. Jadi dengan melalui ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah tersebut orang tua dapat membina keagamaan pada anaknya dengan baik, karena ibadah ini dapat meningkatkan ketauhidannya kapada













Pelajaran agama yang diajarkan guru tingkat menengah  terpisah, artinya terdiri dari beberapa mata pelajaran sebagaimana yang terdapat di dalam Kurikulum Standar Kompetensi Pendidikan Agama di tingkat menengah  diantaranya, SKI, Fiqh, Qur'an Hadis, Aqidah Akhlak. Berikut ini penulis akan merincikan satu persatu diantaranya :
1. Pelajaran SKI
Mata pelajaran SKI (sejarah kebudayaan Islam) di tingkat menengah sebagaiman yang tergambar dalam kurikulum "sejarah tentang kebudayaan Islam (history of Islamic culture). Oleh karena itu kurikulum tidak hanya menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam Islam"[24]. Aktor sejarah yang diangkat tidak saja hanya Nabi, sahabat dan raja, tetapi akan dilengkapi ulama, intelektual dan filosof. Faktor-faktor sosial yang dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Mata pelajaran SKI merupakan "Salah satu unsur dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang yang diarahkan kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya ( way of life ) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,latihan, penggunaan pengamalan dan pembiasaan"[25]
Adapun tujuan dari pengajaran SKI adalah :
1.  Memberikan pengetahuan tentang sejarah Agama Islam dan kebudayaan Islam kepada peserta didik, agar memiliki data yang objektif dan sistematis tentang sejarah.
2.  Mengapresiasi dan mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3.  Menanamkan pengetahuan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam berdasarkan cermatan atas fakta  sejarah yang ada.
4.  Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya melalui imitasi terhadap tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuknya kepribadian yang luhur.[26]

2. Pelajaran Fiqh
Mata pengajaran Fiqh dalam kurikulum tingkat menengah  adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang di arahkan untuk "menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan"[27].
Mata pelajaran Fiqh di tingkat menengah  meliputi: "Fiqh Ibadah, Muamalah, dan Jinayah yang menggambarkan perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya."[28]
Pendidikan Fiqh merupakan suatu pelajaran wajib yang di masukkan dalam kurikulum pendidikan Agama. Hal ini dinyatakan dalam Garis-garis besar Haluan Negara (GBHN)yang menyatakan bahwa "Pendidikan Agama dimasukkan dalam kurikulum disekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan Universitas-universitas Negeri."[29]
Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat menengah  yang bertujuan agar siswa mampu memahami sumber-sumber hukum Islam dan mampu diterapkannya dalam kehidupan siswa sehari-hari yang ada hubungannya dengan Ibadah, Muamalah, dan Jinayah
3. Pelajaran Al-Qur'an Hadits
Mata pengajaran Al-Qur'an Hadist ditingkat menengah  merupakan bagian dari pendidikan Agama Islam, "yang di arahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk memahami Al-Qur'an dan Hadist sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya  Qur'an dan Hadist dalam kehidupannya sehari-hari".[30]
Tujuan pengajaran Qur'an Hadist pada tingkat menengah  adalah sebagai berikut, "Agar peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur'an dan Hadist dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya"[31].
Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan di tingkat menengah  harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Al-Qur'an Hadits yang diajarkan di tingkat menengah  merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajak para siswa untuk memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits. 
4. Aqidah Akhlak
      Pengajaran aqidah akhlak di tingkat tsanawiah adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk "mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam prilaku akhlak yang mulia  dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman, keteladanaan, dan pembiasaan"[32] Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah, di satu sisi dan peningkatan toleransi secara saling menghormati antara penganut agama lain dalam rangka kesatuan dan persatuan bangsa
      Mata pelajaran aqidah akhlak di tingkat menengah  berdasarkan kurikulum berbasis kompetensis bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujutkan dalam akhlaknya yang terpuji, "melalui pemberian dan pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanannya dan ketakwaannya kepada Allah SWT"[33]
      Dari keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diajarkan guru kepada siswa bertujuan agar siswa mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan akhlak terpuji, sesama manusia dan alam sekitar.




[1]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Maarif, 2001). hal. 24

[2] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 237

[3] Mahmud Syaltut, Al-Islam ‘Aqidah Wa Syari’ah, Terj. Hery Noer Aly, (Jakarta : Bulan Bintang, 1999), hal. 283

[4] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2001), hal. 46

[5] Ibid., hal. 48

[6] Abdul Azis, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal.5


[7] Undang-Undang Republik Indonesia  No 20 Tahun 2003 Tentang , Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, (Jakarta: Fokusmedja, 2006), hal. 2

[8] H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hal. 237

[9] Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hal. 237

[10]  H.Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama, . . . , hal. 29


[11].Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama, . . . , hal. 29

[12] Ibid,  hal. 30

[13].Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama, . . . , hal. 30

[14] Suryosubroto Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 201

[15] Ibid, hal. 6

[16] Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama Islam . . .  , hal. 14

[17] Abdullah Nashih `Ulwa, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy Syifa', 1999), hal. 178

[18] Aisyah Dahlan, Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama Dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Yamunu, 2000), hal. 20.

[19] Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2001), hal. 166

[20] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta : Al-Husna Zikra, 2002), hal. 72

[21] Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama Islam . . .  , hal. 13

[22] Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 2001), hal. 45

[23] Ibid, hal. 50

[24] Departemen Agama RI, Kurikulum SKI MTs  2004 Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 64

[25] Ibid, hal. 65

[26] Ibid, hal. 67

[28] Ibid, hal. 46

[29] Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama Islam . . .  , hal. 12

[30] Ibid. , hal. 13

[31] Ibid. , hal. 14

[32] Ibid, hal. 22

[33] Ibid, hal. 52