BAB II
PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
A.
Dasar dan Tujuan PAI
1. Dasar Pendidikan Agama Islam
Menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam
mengartikan pendidikan Agama Islam adalah: "Usaha yang dilahirkan secara
sadar berupa bimbingan, asuhan dan didikan terhadap anak didik agar dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai kebutuhan
hidupnya yang pancasilais dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa."[1]
Dasar pendidikan agama Islam adalah Al-Qur’an yang memberi pandangan
hidup bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, Pendidikan Islam tidak
mungkin dapat di bicarakan tanpa mengambil Al-Qur’an sebagai rujukannya.
"Tiga sumber yang harus digunakan secara hirarkis, yaitu Al-Qur'an, Al-Hadits
dan Ijmak, namun Al-Qur’an harus didahulukan"[2].
Apabila suatu ajaran atau penjelasannya tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an,
maka harus dicari di dalam Sunnah, apabila tidak juga ditemukan di dalam
sunnah, barulah digunakan Ijmak.
a.
Al-Qur’an sebagai Dasar Pertama
Al-Qur’an sebagai petunjuk, hal ini sebagaimana dikemukakan Mahmud
Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai
maksud-maksud Al-Qur’an yaitu :
1.
Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus di anut oleh manusia
dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
2.
Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-
norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan,
baik individual maupun kolektif.
3.
Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar
hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya.[3]
Dari keterangan di atas jelas bahwa pemahaman pandidikan Islam yang
terkandung di dalamnya Al-Qur’an sebagai sumber pertama, membutuhkan kepada
pemahaman dan mengamalkannya dengan baik dan benar agar manusia bertambah taat kepada Allah SWT.
b.
Al-Hadits sebagai Sumber Kedua
Sumber kedua pendidikan Islam adalah Hadits, sebagai mana telah
diketahui bahwa Hadits itu berfungsi, "menjelaskan sistem pendidikan Islam
sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur'an dan menerangkan hal-hal rinci yang
tidak terdapat di dalamnya, serta menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat
dipraktekkan"[4].
Dalam lapangan pendidikan Hadits berfungsi sebagai penjelas sistem pendidikan
Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal yang tidak terdapat
padanya.
c.
Itjihad
Ijtihad dalam lapangan pendidikan malah nyaris tak terdengar.
Sebabnya barangkali bisa dirujuk pada kondisi sosial umat di masa lalu.
Persoalan kenegaraan, perdagangan, perkawinan, dan sebagainya seperti terlihat
pada tema-tema Fiqh tampak merupakan masalah akut pada masa itu, sementera
persoalan pendidikan cukup diatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada. Meskipun
demikian, ada sebagian ulama yang peduli terhadap masalah pendidikan, di
antaranya dapat disebutkan "kelompok Ikhwan Al-Shafa, Al-Ghazali, Ibnu
Khladum, Al-Zurnuji, Al-Kanbin, dan Al-Anshari".[5]
Dari keterangan di atas jelas bahwa ada ulama yang peduli terhadap
pendidikan Islam, yang ijtihatnya atau pemikirannya bermamfaat bagi
perkembangan pendidikan Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama
Islam
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu bidang studi pendidikan agama yang diajarkan dengan tujuan
adalah, "Untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama
islam sehingga menjadi manusia muslim yang berakhlak kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, baik dalam kehidupan bernasyarakat,
berbangsa dan bernegara."[6]
Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional sebagai
berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan
keehidupan bangsa, sehingga berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia,
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab [7]
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa pengajaran agama adalah suatu
bidang studi yang harus diajarkan pada lembaga pendidikan. Sehingga dapat
disimpulkan, tujuan pendidikan agama di sekolah umum pada hakekatnya ada dua
dimensi, di antaranya :
a. Dimensi Vertikal (Hubungan
Manusia Dengan Tuhan ).
Manusia sebagai mahkluk Tuhan dalam setiap sikap dan perbuatan
selalu berhubungan dengan sang pencipta-Nya, merupakan tujuan dari pendidikan
Nasional dan dimensi inilah
yang diutamakan dalam agama yaitu yang berhubungan dengan Allah.
b. Dimensi Horizontal
(Hubungan manusia dengan manusia).
Manusia sebagai makhluk sosial (zoon
politicon) tidak akan sempurna hidupnya tanpa adanya hubungan sesamanya,
faktor budi pekerti dan kesopanan sangat memegang peranan yang sangat penting
kepribadianya, dan semangat kebangsaan yang tebal dapat memupuk manusia itu
sendiri, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembagunan bangsa dan
negaranya.
Untuk
mencapai hasil yang sempurna melalui pendidikan agama yang lebih baik, maka
pelaksanaan yang dapat ditempuh dengan cara :
- Membina manusia yang melaksanakan
ajaran agamanya baik dan sempurna sehingga mencerminkan sikap dan tindakan
dalam seluruh kehidupan.
- Mendorong manusia untuk
mencapai kebahagian hidup di dunia dan diakhirat.
- Mendidik ahli-ahli agama
yang cakap dan trampil.
Di dalam buku-buku pendidikan agama Islam kita melihat bahwa tujuan
pendidikan agama Islam itu adalah sama. Disini akan disajikan beberapa macam pendidikan agama
Islam kemudian dibandingkan dengan pendidikan Nasional. Menurut M. Arifin,
Pendidikan agama itu bertujuan "Untuk mewujudkan manusia yang
berkepribadian Muslim yang lahiriah dan bathiniah yang mampu mengabdikan segala
amal perbuatannya untuk mencari keredaan Allah Swt".[8]
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat tujuan pendidikan Islam itu
adalah sebagai berikut :
Menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta
senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam bubungannya
dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin
meningkat dari ala mini untuk kepentingan hidup di dunia dn di akhirat.[9]
Dengan mengambil dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan agama adalah untuk mewujudkan kepribadian muslim kepada Allah
di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat serta alam semesta.
B. Ruang Lingkup Materi PAI
di SMP
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar atau terencana untuk
menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agma Islam melalui kegiatan bimbingan dan latihan. Pendidikan agama Islam pada
hakikatnya merupakan sebuah proses, dalam perkembangannya juga dimaksudkan
sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan disekolah maupun diperguruan
tinggi
Pendidikan Agama Islam tingkat SMP mencakup usaha perwujudan
keserasian, leselarasan dan keseimbangan antara :
1 Hubungan Manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan sekitarnya.[10]
1.
Surat Ad-Dhuha
2.
Surat Al-'Adiyat
3.
Hukum membaca Alif Lam
Syamsyiah dan Qamariah
4.
Hukum bacaan Nun mati/Tanwin
dan mim mati
5.
Hadist tentang rukun Islam
6.
Iman kepada Allah
7.
Lima Asmaul
Husna : (Al-Aziz, Al-Wahhab, Al-Fatihah, Al-Qayyun, dan Al-Hadi)
8.
Iman kepada Malaikat Allah
9.
Berhati lembut, setia, kerja
keras, tekun dan ulet
10.
Sabar dan tawakkal
11.
Hasad, Suuzhan, khianat dan
jubun
12.
Thaharah (bersuci) dan mandi Junup
13.
Shalat wajib
14.
Shalat berjamaah
15.
Macam-macam sujud
16.
Shalat jum'at
17.
Shalat jama' dan Qasar
18.
Shalat sunat rawatib dan Idain
19.
Masyarakat Makkah sebelum Islam
datang
20.
Masyarakat Makkah setelah Islam
datang
1.
Surat At-Tiin
2.
Surat Al-Qadar
3.
Hukum bacaan Qalqalah, lam,
dan ra'
4.
Hukum bacaan Mad
5.
Hadist tentang menuntut ilmu
6.
Iman kepada kitab-kitab Allah
7.
Iman kepada Rasul Allah
8.
Tata cara bergaul dengan orang
tua, guru yang lebih tua, teman sebaya, dan lawan jenis
9.
Sifat egois dan pemarah
10.
Sifat dendam dan munafik
11.
Tata krama dalam kehidupan
12.
Shalat tahiyatul Mesjid, tarawih
dan witir
13.
Puasa wajib
14.
Zakat fitrah dan zakat mal
15.
Shalat sunat Dhuha
16.
Puasa senin, kamis, syawwal,
dan arafah
17.
Hukum Islam tentang makanan dan
minuman
18.
Hukum Islam tentang binatang
yang dihalalkan dan yang diharamkan
19.
Masyarakat madinah sebelum
Islam datang
20.
Masyarakat madinah sesudah
Islam datang
21.
Penyiaran Islam priode madinah.
1.
Surat Al-Qari'ah dan Alam
Nasyrah
2.
Surat Al-Bayyinah
3.
Hukum bacaan wakaf
4.
Hukum bacaan Idgham
5.
Hadist tentang kebersihan
6.
Iman kepada hari akhir
7.
Beberapa hal yang berhubungan
dengan hari akhir
8.
Pembalasan amal baik dan buruk
9.
Iman kepada qadha dan qadar
Allah
10.
Qana'ah dan toleransi
11.
Peduli terhadap lingkungan
12.
Takabbur (sombong)
13.
Minuman keras (khamar),
narkoba, dan sejenisnya
14.
Aqiqah dan qurban
15.
Ibadah haji dan umrah
16.
Shalat tahajjut dan istikharah
17.
Shalat jenazah
18.
Pernikahan
19.
Perkembangan Islam pada masa
Khulafaur rasyidin [11]
Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran pendidikan
agama Islam pada SMP berorientasi pada kemampuan prilaku afektif dan psikomotorik dengan
dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan, dan
beribadah kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam standar
kompetensi ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus
dicapai peserta didik ditingkat SMP.
Bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi 5 (lima) unsur pokok, yaitu, Al-Qur'an,
keimanan, akhlak, Fiqh dan tarikh.[12]
Mata pelajaran pendidikan agama Islam memiliki ciri khas atau
karateristik tertentu yang membedakan dengan pelajaran lain. Adapun
karateristik mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan dapat
dijelaskan diantaranya adalah sebagai berikut :
- PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam, karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
- Tujuan PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak yang mulia, memiliki pokok ajaran agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam.
- Pendidikan agama islam sebagai sebuah program pengajaran yang diarahkan pada, menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lainnya, mendorong siswa untuk kreatif, inovatif, dan kritis serta menjadi landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
- Pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya menekankan pada penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.
- Isi mata pelajaran pendidikan agama didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist Nabi.
- Materi pendidikan agama Islam dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu, aqidah, syari'ah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari'ah merupakan penjabaran konsep Islam, dan akhlak merupakan penjabaran konsep ihsan.
- Out put pembelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia.[13]
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di tingkat SMP
ada 6 (enam) pendekatan yang digunakan, yaitu :
1). Rasional, usaha meningkatkan
kwalitas proses dan hasil pembelajaran agama Islam dengan pendekatan yang
memfungsikan rosio anak didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan
mudah dipahami dengan penalaran.
2). Emosional, upaya untuk mengugah
perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan
ajaran agama dan budaya bangsa .
3).Pengamalan, mengkondisikan peserta
didik untuk mempraktekkan hasil pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadist
dalam kehidupan sehari-hari.
4). Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran
dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
5). Fungsional, menyajikan materi pokok
yang memberikan mamfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
dalam arti luas.
6). Keteladanan, yaitu pendidikan
yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen sekolah lainnya sebagai
teladan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran
pendidikan agama islam yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan tujuan pencapaian
sasaran.
C.
Strategi dan Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Strategi Pembelajaran PAI di SMP
Strategi mengajar sangat diharapkan, agar guru
mampu mengairahkan siswanya dalam belajar. Jika guru mampu menggunakan strategi
belajarnya dengan tepat, tentu saja pelaksanaan proses belajar mengajar akan
berjalan sebgaimana yang diharapkan, begitu juga sebaliknya jika guru kurang
mampu menggunakan strategi belajarnya dengan baik maka pelaksanaan proses
belajar mengajar akan terhambat dan tidak mencapai sasaran yang diharapkan.
Menurut Suryosubroto strategi mengajar adalah,
"Keseluruhan metode yang menitik beratkan pada kegiatan guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu" [14]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
strategi mengajar yang digunakan guru memegang peranan penting bagi
keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga
pelaksanaan pengajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan pelaksanaan
pengajaran akan mengalami ketuntasan.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan strategi
proses belajar mengajar pendidikan Agama Islam yang meliputi hal-hal:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan
kwalifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
2. Memilih sistim pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan
teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kigiatan dalam mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria atau standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan unpan balik buat penyempurnaan sistim intruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.[15]
Berdasarkan uraian di atas strategi mengajar
merupakan cara, metode, teknik, atau pedoman yang dijadikan buat pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar agar berhasil sebagaimana yang diharapkan.
1. Sasaran
Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
yang bagaimana yang diiginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan
itu. Disini terlihat apa yang menjadi sasaran dari
kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh
karena itu, tujuan pengajaran harus dirumuskan secara kogkrit dan jelas, sehingga
mudah dipahami oleh anak didik. Bila tidak, maka kegiatan belajar mengajar
tidak mempunyai arah dan tujuan yang pasti.
2. Pendekatan
Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu
persoalan, pengertian dan materi apa
yang digunakan guru dalam pemecahan masalah dalam pengajaran. Suatu topik
tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghafal, akan berbeda hasilnya
kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi. Juga akan lain hasilnya
jika dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai tiori
3. Metode
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk
memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk
memecahkan masalah. Bila beberapa tujuan
ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan
berbagai macam metode yang relevan.
4. Penilaian
Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan sehingga
guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai dimana
keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya. Suatu program baru diketahui
keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dalam pengajaran ada empat
strategi belajar mengajar yang harus diperhatikan dalam proses belajar
mengajar. Sehingga penggunaan strategi yang tepat, pelaksanaan pengajaran akan
mencapai sasaran.
2. Pendekatan Pembelajaran PAI di SMP
Adapun bentuk-bentuk
pendekatan pendidikan agama Islam yang diterapkan dalam lembaga pendidikan di
tingkat Menengah pertama di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Rasional, usaha meningkatkan kwalitas
proses dan hasil pembelajaran agama Islam dengan pendekatan yang memfungsikan
rosio anak didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami
dengan penalaran.
2. Emosional, upaya untuk mengugah perasaan
(emosi) emosi peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran
agama dan budaya bangsa .
3. Pengamalan, mengkondisikan peserta
didik untuk mempraktekkan hasil pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadist
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran
dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
5. Fungsional, menyajikan materi pokok
yang memberikan mamfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
dalam arti luas.
6. Keteladanan, yaitu pendidikan
yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen sekolah lainnya sebagai
teladan. [16]
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran
pendidikan agama islam yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan tujuan pencapaian
sasaran. Sehingga siswa mudah memahaminya dan mampu mengamalkan dan
pembelajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan yang diharapkan.
Di samping itu ada juga sistim
pembinaan pembelajaran yang dilakukan dengan:
1.
Pendidikan dengan adat kebiasaan
Kata-kata, sikap, tindakan
dan perbuatan guru sangat mempengaruhi perkembangan agama pengenalan akhlak bagi siswa. Sebelum anak
dapat bicara dia telah dapat melihat dan mendengar kata-kata yang barang kali
belum mempunyai arti apa-apa baginya, namun pertumbuhan agama telah mulai
ketika itu. Setiap yang dilahirkan dalam keluarga muslim hendaknya ditanamkan
ketauhidan kepada Allah SWT.
- Pendidikan dengan contoh Teladan
Pendidikan dengan
keladanan, baik berupa tingkah laku sifat, secara berfikir, dan sebagainya.
Banyak para ahli berpendapat bahwa pendidikan dengan contoh teladan merupakan
metode yang paling berhasil guna. Abdullah `Ulwan, mengatakan "bahwa orang
tua akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan
merasa kesulitan dalam memahami peran itu apabila ia melihat pendidikannya dan
pendidik tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya ".[17]
Oleh karena itu orang tua
dalam melaksanakan pendidikan tidak hanya memberikan petunjuk dan bimbingan,
tetapi harus memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak sebagaimana yang
dijelaskan oleh Aisyah Dahlan :
"Anak-anak lebih
mudah meniru dan mencontoh dari pada mengerti ajaran-ajaran yang abstrak,
mereka akan membuat seperti orang tuanya dan bertingkah laku meniru mereka,
maka oleh karenanya kewajiban ibu bapak adalah memberikan bimbingan, pimpinan
dan suri teladan yang baik kepada anaknya"[18]
Dari kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan anak,
karena semua anggota keluarga harus memberikan contoh teladan yang baik dalam hidupnya,
baik tingkah laku, perkataan, perbuatan dan pergaulan, hal ini memberi pengaruh
langsung dalam kehidupan sianak.
- Pendidikan dengan Kebijaksanaan
Dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah, guru harus bijaksana, tidak boleh menerapkan pola
otoriter, tetapi yang bersifat demokratis, yaitu memberikan kesempatan kepada
anak untuk berbuat, mengembangkan dirinya, tetapi dipihak lain orang tua turut
serta aktif dalam mengontrol perilaku anak.
Hal ini sebagaimana di
kemukakan oleh Umar Hasyim diantaranya adalah sebagai berikut :
Anak-anak kita adalah
buah hati dan sandaran punggung kita. Kita adalah bagaikan langit yang
memayungi mereka dan bagaikan bumi tempat mereka berpijak, jika mereka jengkel,
usahakan agar mereka berhati penuh kerelaan. Jika mereka meminta sesuatu
usahakanlah engkau memenuhi permintaan mereka. Dan janganlah kita menjadi pintu
penutup atau kayu penghalang bagi mereka, sehingga mereka bosan akan hidup kita
dan berpengharapan agar kita segera mati.[19]
Begitulah juga dalam
mendidik anak guru tidak boleh pilih kasih atau berat sebelah, karena sikap
orang tua yang demikian akan mengakibatkan perasaan sedih dan dendam atau
permusuhan antara satu siswa dengan siswa lainnya, akhirnya antara sesama
saudara timbul cekcok dan tidak rukun, maka guru harus pandai-pandai membawa
sikap dalam mendidik anak.
- Pendidikan dengan memberikan hukuman
Hukuman merupakan suatu
metode yang diterapkan dalam keluarga, agar si anak jera dan berhenti dari
hal-hal yang buruk. Dalam memberikan hukuman janganlah memukul anak sampai ia
menjerit-jerit menolong, yang tentu saja amat sakit, tetapi dalam memberikan
hukuman orang tua harus bijaksana, misalnya apabila anak malas shalat malas,
memakai pakaian yang tidak sopan, dan lain sebagainya, maka hukuman yang
diberikan kepadanya yaitu tidak memberikan izin untuk istirahat, membersihkan
wc dan lain sebagainya.
Adapun langkah-langkah
yang digunakan guru dalam menciptakan pembelajaran agama di sekolah adalah
sebagai berikut :
1.
Memberikan tambahan yang baik
kepada anak tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan
ajaran-ajaran agama dalam bentuk yang sempurna dalam waktu tertentu.
2.
Membiasakan mereka menunaikan
syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam
melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram disebabkan karena mereka
melakukannya.
3.
Menyiapkan suasana agama yang
sesuai dengan lingkungan sekolah dimana mereka berada. Dengan cara bersikap,
bertingkah laku, serta berpenampilan sesuai dengan ajaran agama.
4.
Membimbing anak membaca
bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan
makhluk-makhluk untuk dijadikan bukti atas wujud dan keagungannya.
5.
Mengalakkan mereka turut serta
dalam aktivitas-kativitas agama, seperti mengikuti pengajian, mengikuti ceramah
agama dan sebagainya. [20]
Dengan demikian keluarga
merupakan lingkungan pendidikan awal sangat mempengaruhi perkembangan seseorang
anak oleh karena itu hendaknya guru mampu menciptakan lingkungan yang agamis
dan didasari oleh nilai-nilai agama, sehingga anak-anak akan memperoleh
pendidikan yang baik.
Oleh karena itu guru
berkewajiban mengasuh dan menanamkan nilai-nilai agama seperti, keimanan,
ketakwaan dan akhlakul karimah terhadap anak-anaknya. Dan dapat menjaga
kesehatan mereka lahir dan batin dan juga menjaga keselamatan dunia dan
akhirat, memberi mereka pelajaran-pelajaran yang bermanfaat, sehingga mereka
menjadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Pendidikan agama dan
spritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapatkan perhatian penuh
oleh sekolah terhadap siswa. Pendidikan agama yang ada pada anak-anak melalui
bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran agamanya. Begitu juga
membekalkan anak dengan pengetahuan agama dan kebudayaan Islam yang sesuai
dengan umurnya dalam bidang akidah. Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya
cara-cara yang betul untuk menunaikan syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban
agama, dan menolongnya mengembangkan sikap agama yang benar, yang termasuk
kedalam imana adalah iman yang kuat kepada Allah, melaikatnya, kitab-kitabnya,
rasul-rasulnya, hari akhirat, kepercayaan kuat terhadap agama, takut kepada
Allah.
D. Arah Pembelajaran PAI di SMP
Pada dasarnya arah
pembelajaran pendidikan agama meliputi
beberapa hal, di antaranya adalah:
- Menumbuh Kembangkan Rasa Keagamaan
Penerapan pendidikan agama
yang diterapkan di lembaga pendidikan tingkat aliyah yaitu dengan cara
menumbuhkan keyakinan yang hakiki kepada Tuhan, baik dengan sikap, tingkah
laku, dan juga dengan perbuatan. Jadi rasa keagamaan itu yang perlu diterapkan
adalah :
- Keyakinan kepada Allah SWT
- Keyakinan Kepada Rasul Allah
- Rasa syukur kepada Allah SWT
- Berbakti dan beribadah kepada Allah SWT
- Kerelaan beramal. [21]
Dari keterangan di atas
diharapkan siswa mampu menerapkan berbagai bidang kegamaan di lingkungan
sekolah, dengan cara selalu beramal shaleh dan selalu melaksanakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
- Sikap dan Tingkah Laku yang baik
Agama Islam yang
mengandung ajaran dan susila yang memberikan petunjuk moral yang harus
dijalankan. Agama memberikan hukuman dan sangsi dari semua tindakan-tindakan
yang menyimpang dari moral. Misalnya ada diantara siswa yang berpakaian tidak
sopan, bersikap dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama,
serta bergaul yang tidak sesuai dengan tuntutan Islam.
Menciptakan suasana
keagamaan di sekolah hendaknya digunakan dengan strategi dan metode. Sebab
tanpa menggunakan metode dan strategi belajar yang tepat, maka tujuan
pengajaran yang diharapkan sulit sekali tercapai sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian faktor sekolah memegang peranan penting dan berpengaruh
terhadap menciptakan suasana keagamaan di sekolah, sehingga siswa tumbuh dan
berkembang baik dan taat kepada agama, sebagaimana yang diinginkan.
- Akhlakul Karimah
Berbicara mengenai pembinaan akhlak anak ini sangatlah tergantung
kepada dasar orang tuanya, jika ia dilahirkan dalam lingkungan masyarakat yang
beriman dan beramal shaleh maka ia juga dengan sendirinya berkembang dan tumbuh
dengan baik. Karena masyarakat yang selalu menjalankan syariatnya secara tidak
langsung orang tua tersebut telah mendidik remaja untuk ikut mengerjakan
seperti yang ia kerjakannya.
4. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah.
Kedua ibadah ini dapat menjadi penunjang dalam pembinaan keagamaan
pada anak, ibadah mahdhah misalnya dia mempunyai rukun dan syarat-syarat
tertentu dalam pelaksanaannya. Yang termasuk dalam ibadah ini adalah kelima
rukun Islam yang dijadikan sebagai pedoman hidup muslim, seperti mengucapkan
dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat dan haji.[22]
Sedangkan ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang dilakukan tanpa
syarat dan ketentuan-ketentuan tertentu. Seperti menolong orang yang jatuh,
tabrakan dan lain-lain sejenisnya.[23]
Dalam ibadah ini tidak dibutuhkan ketentuan-ketentuan tertentu dalam
menolong seseorang, miskin kaya, cantik, jelek bukan menjadi ukuran bagi
seseorang dapat atau tidaknya diberikan pertolongan kepadanya. Jadi dengan
melalui ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah tersebut orang tua dapat membina
keagamaan pada anaknya dengan baik, karena ibadah ini dapat meningkatkan
ketauhidannya kapada
Pelajaran agama yang diajarkan guru
tingkat menengah terpisah, artinya
terdiri dari beberapa mata pelajaran sebagaimana yang terdapat di dalam
Kurikulum Standar Kompetensi Pendidikan Agama di tingkat menengah diantaranya, SKI, Fiqh, Qur'an Hadis, Aqidah
Akhlak. Berikut ini penulis akan merincikan satu persatu diantaranya :
1. Pelajaran SKI
Mata pelajaran SKI (sejarah kebudayaan Islam) di tingkat menengah
sebagaiman yang tergambar dalam kurikulum "sejarah tentang kebudayaan
Islam (history of Islamic culture). Oleh karena itu kurikulum tidak
hanya menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan
diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam Islam"[24].
Aktor sejarah yang diangkat tidak saja hanya Nabi, sahabat dan raja, tetapi
akan dilengkapi ulama, intelektual dan filosof. Faktor-faktor sosial yang
dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI).
Mata pelajaran SKI merupakan "Salah satu unsur dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang yang diarahkan kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang kemudian
menjadi dasar pandangan hidupnya ( way of life ) melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran,latihan, penggunaan pengamalan dan pembiasaan"[25]
Adapun tujuan dari pengajaran SKI adalah :
1.
Memberikan pengetahuan tentang
sejarah Agama Islam dan kebudayaan Islam kepada peserta didik, agar memiliki
data yang objektif dan sistematis tentang sejarah.
2.
Mengapresiasi dan mengambil
ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3.
Menanamkan pengetahuan dan
kemauan yang kuat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam berdasarkan cermatan atas
fakta sejarah yang ada.
4.
Membekali peserta didik untuk
membentuk kepribadiannya melalui imitasi terhadap tokoh-tokoh teladan sehingga
terbentuknya kepribadian yang luhur.[26]
2. Pelajaran Fiqh
Mata pengajaran Fiqh dalam kurikulum tingkat menengah adalah
salah satu bagian mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang di arahkan untuk
"menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way
of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman
dan pembiasaan"[27].
Mata pelajaran Fiqh di
tingkat menengah meliputi:
"Fiqh Ibadah, Muamalah, dan Jinayah yang menggambarkan perwujudan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun
lingkungannya."[28]
Pendidikan Fiqh merupakan suatu pelajaran wajib yang di masukkan
dalam kurikulum pendidikan Agama. Hal ini dinyatakan dalam Garis-garis besar
Haluan Negara (GBHN)yang menyatakan bahwa "Pendidikan Agama dimasukkan
dalam kurikulum disekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan
Universitas-universitas Negeri."[29]
Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran Fiqh
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat menengah
yang bertujuan agar siswa mampu memahami sumber-sumber hukum
Islam dan mampu diterapkannya dalam kehidupan siswa sehari-hari yang ada
hubungannya dengan Ibadah, Muamalah, dan Jinayah
3. Pelajaran Al-Qur'an Hadits
Mata pengajaran Al-Qur'an Hadist ditingkat menengah merupakan
bagian dari pendidikan Agama Islam, "yang di arahkan untuk menyiapkan
peserta didik untuk memahami Al-Qur'an dan Hadist sebagai sumber ajaran agama
Islam dan mengamalkan isi kandungannya
Qur'an dan Hadist dalam kehidupannya sehari-hari".[30]
Tujuan pengajaran Qur'an Hadist pada tingkat menengah adalah
sebagai berikut, "Agar peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur'an dan
Hadist dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini
kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya"[31].
Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan di tingkat menengah harus menjamin pertumbuhan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata
pelajaran Al-Qur'an Hadits yang diajarkan di tingkat menengah merupakan
salah satu mata pelajaran yang mengajak para siswa untuk memahami dan
mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
4. Aqidah Akhlak
Pengajaran aqidah akhlak
di tingkat tsanawiah adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk "mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan
merealisasikannya dalam prilaku akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman, keteladanaan, dan
pembiasaan"[32]
Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan pendidikan ini
juga diarahkan pada peneguhan aqidah, di satu sisi dan peningkatan toleransi
secara saling menghormati antara penganut agama lain dalam rangka kesatuan dan
persatuan bangsa
Mata pelajaran aqidah
akhlak di tingkat menengah berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensis bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik
yang diwujutkan dalam akhlaknya yang terpuji, "melalui pemberian dan
pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang aqidah
dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkat kualitas keimanannya dan ketakwaannya kepada Allah SWT"[33]
Dari keterangan di atas
jelas bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diajarkan guru kepada siswa
bertujuan agar siswa mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan akhlak
terpuji, sesama manusia dan alam sekitar.
[1]Ahmad D. Marimba, Pengantar
Filsafat Islam, (Bandung:
Al-Maarif, 2001). hal. 24
[2] Zakiah Daradjat, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 237
[3] Mahmud Syaltut, Al-Islam ‘Aqidah Wa
Syari’ah, Terj. Hery Noer Aly, (Jakarta : Bulan Bintang, 1999), hal. 283
[4] Hery Noer Aly, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2001), hal. 46
[5] Ibid., hal. 48
[6] Abdul Azis, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum,
(Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal.5
[7] Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang , Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, (Jakarta: Fokusmedja, 2006), hal. 2
[8] H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2001), hal. 237
[9] Zakiyah Daradjat, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2000), hal. 237
[10] H.Abdul Azis, M.A., Pedoman
Pendidikan Agama, . . . , hal. 29
[11].Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama, . . . , hal. 29
[12] Ibid, hal. 30
[13].Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama, . . . , hal. 30
[14] Suryosubroto Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 201
[15] Ibid, hal. 6
[16] Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama Islam . . . , hal. 14
[17] Abdullah Nashih `Ulwa, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam,
(Semarang: Asy Syifa', 1999), hal. 178
[18] Aisyah Dahlan, Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama
Dalam Rumah Tangga, (Jakarta
: Yamunu, 2000), hal. 20.
[19] Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya : PT. Bina Ilmu,
2001), hal. 166
[20] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta : Al-Husna Zikra, 2002), hal. 72
[21] Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama Islam . . . , hal. 13
[22] Nasruddin Razak, Dienul
Islam, (Bandung
: Al-Ma’arif, 2001), hal. 45
[23] Ibid, hal. 50
[24] Departemen Agama RI, Kurikulum SKI MTs 2004 Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 64
[25] Ibid, hal. 65
[26] Ibid, hal. 67
[28] Ibid, hal. 46
[29] Abdul Azis, M.A., Pedoman Pendidikan Agama Islam . . . , hal. 12
[30] Ibid. , hal. 13
[31] Ibid. , hal. 14
[32] Ibid, hal. 22
[33] Ibid, hal. 52