10/27/2015

Tujuan Pembelajaran Agama

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.    Tujuan Pembelajaran Agama
Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah pogram pembelajaran diarahkan pada aqidah dan ketaqwaan, serta prilaku yang bersifat Islami dalam kehidupan sehari-hari. Maka dada prinsipnya mempelajari ilmu Agama di SMP adalah membekali siswa kemampuan berbagai cara mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam beserta isinya secara mendalam, serta untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalaknnya dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam.
Sebagaimana dikemukakan dalam Pedoman Pengembangan Silabus Kurikulum Pendidikan
Agama Islam : 
1.      Pendidikan Agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam Agama Islam, karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
2.      Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalaknnya dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam.
3.      Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah pogram pembelajaran diarahkan pada: aqidah dan ketaqwaan, serta prilaku yang bersifat Islami dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan pengusaan kompetensi kognitif saja tetapi juga efektif dan psikomotoriknya.
5.      Isi mata pelajaran PAI di dasarkan dan dikembangkan dari keuntungan-keuntungan yang ada dalam dua sumber poko ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
6.      Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
7.      Out program pembelajaran PAI di madrasah adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan isi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw di dunia ini.[1]

Berdasarkan kriteria pembelajaran agama Islam di atas, maka tujuan pengajaran agama di SMP dapat berhasil dengan baik, apabila seorang guru telah dapat membuat muridnya memahami konsep-konsep agama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar dan khususnya mampu menggunakan media dan sumber belajar yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mampu mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Karakteristik pendidikan Islam pertama-tama tampak pada kriteria pemilihannya, yaitu iman, ilmu, amal, akhlak dan sosial. Maka dengan kriteria tersebut pendidikan agama Islam merupakan pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral dan sosial. Semua kriteria tersebut terhimpun dalam firman Allah ketika menyifati kerugian manusia yang menyimpang dari jalan pendidikan Islam, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai jenis, manusia sebagai generasi, maupun umat manusia secara keseluruhan.[2]

Dengan demikian iman, ilmu, amal, akhlak dan sosial merupakan suatu pondasi dasar dalam Islam yang harus dilakukan oleh setiap kaum muslim dalam hidup sehari-hari. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Ashr, 1-3, yaitu:
ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ   ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. al-‘Ashr : 1-3)
Maka berdasarkan firman tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan berpusat pada manusia sebagai sasaran dari hasil yang ingin dicapai karena manusia itu benar-benar dalam kerugian apabila amal shaleh tidak dikedepankan dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Fungsi Media dan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran
  1. Pengertian Media dan Sumber Belajar
a.       Pengertian Media
Kata media adalah bentuk jamak dari kata medium, yang berasal dari bahasa latin medius, secara arti kata sebagai perantara atau pengantar, maksudnya adalah mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi.
“Media adalah sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang, pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar”.[3]

Menurut Asosiasi Teknologi Komunakasi Pendidikan S. Sadiman dan Rohardjo, mengemukakan bahwa “Media adalah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan (informasi)”.[4]
Dalam pengertian komunikasi, media adalah alat yang memindahkan informasi dari sumber kepada penerima, media komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat, serta berfungsi dalam setiap aspek kehidupan.
Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan/pembelajaran, apabila media tersebut digunakan dewasa ini, khususnya dalam proses belajar mengajar. Maka istilah yang cenderung memiliki pengertian/makna yang sama sudah digunakan orang. Mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian disebut Audio Visual Aids (alat bantu pandang dan dengar) dan selanjutnya disebut intruktional materials, dan kini istilah yang lazim disebut atau digunakan adalah media pendidikan atau media pembelajaran (intruktional media).
Terdapat banyak pendapat tentang usaha memberi suatu batasan tentang konsep media pendidikan, antara lain, “bahwa kedudukan alat peraga terasa lebih penting dalam mrangka membantu menanamkan pengertian yang lebih konkrit dari konsep-konsep yang disampaikan oleh guru kepada murid-muridnya melalui metode yang dipilihnya”.[5]
Dengan demikian alat peraga merupakan suatu alat yang harus digunakan seorang guru dalam rangka meningkatkan pembelajaran agama di sekolah-sekolah. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat yang diutarakan oleh Yusuf Hadi Miarso CS “Media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa”.[6]
Jadi media pendidikan adalah sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar dan media pembelajaran yaitu segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Berpedoman pada semua pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun dari sumber lain) kepada penerima pesan (anak didik atau warga belajar), atau media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi deduktif antara guru dan anak didik/warga belajar dapat berlangsung secara tepat dan berdaya guna.




b.      Pengertian Sumber Belajar
Yang dimaksud sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.[7]
Sedangkan menurut Ramli Maha sumber belajar adalah:
Apa yang diberikan itu adalah bahan pelajaran dan dari mana bahan itu dapat diperoleh disebut sumber belajar, maka dalam pandangan ‘subjek center oriented’, buku adalah sumber utama, bahkan buku itulah sebagai program yang akan menentukan tujuan, alokasi waktu dan urut-urutan langkah mengajar dengan mengikuti urutan daftar isi buku tersebut.[8]

Dengan demikian sumber belajar mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat, serta berfungsi dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Demikian pula halnya dalam bidang pendidikan khusunya dalam proses belajar mengajar di kelas tidak diragukan lagi peranannya, yaitu dapat memberikan pengalaman kepada siswa, antara lain dapat mendorong motivasi belajar, memperjelas dan memudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi pengalaman visual, sumber belajar juga menekankan pengalaman yang kongkrit untuk menghidari verbalisme dalam proses belajar mengajar.
Dengan adanya sumber belajar dalam proses pembelajaran, maka tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien, efektif maksudnya tercapainya tujuan sesuai dengan program yang telah ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana yang tersedia. Jadi hasil yang dicapai dari suatu proses belajar mengajar yang dilaksanakan opimal, artinya sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan efesien maksudnya pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan.

  1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
Media pembelajaran dapat disebut juga dengan istilah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), perangkat keras atau hardware adalah media yang secara fisik memang keras seperti telivisi, video, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan perangkat lunak atau software adalah media yang secara fisik memang lunak seperti modul, transparansi, pita kaset dan sebagainya.
Media pembelajaran yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar mengajar tidak hanya terbatas pada apa yang disiapkan oleh guru kelas sendiri, tetapi juga oleh sesuatu team yang terdiri dari para ahli dalam bidang studi, ahli media dan lain-lain.
Secara umum media mempunyai beberapa fungsi sangat luas. Menurut Oemar Hamalik fungsi media adalah :
a.       Edukatif, media sebagai alat menyampaikan pendidikan karena dapat memberikan materi kepada siswa. Sebagai contoh seorang guru mengajarkan Al-Qur’an dengan berwudhuk mensucikan diri terlebih dahulu sebelum membacanya. Hal ini akan tumbuh sifat menghormati, kebiasaan bersih diri dan disiplin pada diri anak. Al-Qur’an disini berperan sebagai alat pendidikan (dalam arti yang luas).
b.      Sosial, artinya dengan media pembelajaran hubungan pribadi anak dengan guru lebih baik. Misalnya seorang guru setelah menggunakan papan tulis menghapusnya namun seorang murid meminta kepada gurunya, biar ia bantu membersihkan papan tulis tersebut.
c.       Ekonomi, yaitu media dapat digunakan beberapa siswa dan sepanjang waktu, hal ini dapat mengurangi tenaga guru dalam menyiapkan media. Misalnya buku dapat digunakan bersama-sama dan sepanjang dapat digunakan oleh siswa dan guru.
d.      Seni dan budaya, yaitu dengan media kita dapat memperkenalkan berbagai macam kebudayaan manusia masa kini, maupun masa lampau sehingga dapat dipahami kebudayaan daerah masa lampau maupun kebudayaan daerah yang sedang dilestarikan pada kurun waktu ini,. misalnya, seorang guru memperlihatkan bermacam-macam hasil karya dari daerah-daerah lain pada masa lampau.[9]

Secara umum, penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai manfaat yang sangat besar yaitu dapat membuat proses pembelajaran itu menjadi lebih efektif, maksudnya pengajaran yang diberikan guru memberi pengaruh atau efek yang besar kepada siswa yang belajar. Bahan pelajaran lebih mudah dipahami dan cepat ditanggapi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media jika digunakan dalam kegiatan pembelajaran akan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a.       Membuat isi pembelajaran (pesan) menjadi lebih konkrit atau nyata, misalnya objek yang terlalu kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata dapat diperbesarkan.
b.      Membuat seseorang siswa dapat melakukan (belajar) sendiri atau bersama-sama, sehingga apa yang dipelajari lebih cocok dengan niat atau kemampuan masing-masing
c.       Membuat siswa senang belajar, karena apa yang dipelajarainya dengan media akan lebih merangsang perhatiannya serta menatang pikirannya untuk ingin lebih mengetahui dan mengalaminya.
Menurut Encyclopedia of Educational Reseach merumuskan nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Meletakkan dasar dengan yang kongkrit untuk berpikir dan oleh karena itu mengurangi verbalisme.
b.      Mempersembahkan perhatian para siswa.
c.       Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan karena itu membuat pelajaran lebih menetap.
d.      Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuh kegiatan beusah sendiri di kalangan siswa.
e.       Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup.
f.       Membantu tumbuhnya pengertian dan dnegan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
g.      Memberikan pengalaman-penalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efesiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam mengajar.[10]

Sedangkan menurut S. Sudirman dan Rahordjo merumuskan kegunaan media dalam proses belajar adalah sebagai berikut:
a.       Memperjelaskan penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
b.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. Misalnya objek terlalu besar bisa digantikan denga gambar atau model. Objek terlalu kecil dapat dibantu film bingkai
c.       Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat di atasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media berguna untuk menimbulkan kgairahan belajar, memungkinkan interaksi yang berlangsung antara anak didik
d.      Dengan sifat yang unik pada tiap siswa dan lingkungan serta pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa. maka dengan kemampuannya dalam: memberi perangsangan yang sama, mempersemakan pengalaman dan menimbuklkan persepdi yang sama.[11]

Dari bebagai penjelasan tentang manfaat dan fungsi media dalam proses belajar mengajar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a.       Dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan.
b.      Dapat mengurangi bahkan menghilangkan sifat variabelisme.
c.       Dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan latar beakang sosial ekonomi dari anak didik.
d.      Membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dangan cara yang lain.
e.       Mengatasi batas ruang dan waktu.
f.       Membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur dengan hal yang mereka alami.
g.      Dapat mengatasi pengetahuan yang sulit dilihat dengan mata.
h.      Menumbuhkan kemampuan berusaha sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan.
i.        Dapat mengatasi hal/peristiwa/kejadian yang sulit diikuti dengan indra mata.
j.        Memungkinkan terjadinya kontal langsung antara anak didik dengan guru, masyarakat maupun dengan lingkungan alam sekitarnya.
Tentu masih banyak lagi manfaat dan fungsi yang diperoleh dari penggunaan media dalam proses belajar mengajar, tetapi manfaat yang dikemukakan di atas kiranya sudah dapat memberi suatu gambaran sampai dimana manfaat dan fungsi media jika dimanfaatkan dalam  kegiatan belajar mengajar, baik dalam lembaga pendidikan formal maupun dalam lembaga pendidikan in formal. Misalnya tepat latihan pendidikan kursus pendidikan kesejahteraan keluarga, balai pengajian dan kursus-kursus lainnya.




C.    Jenis-jenis Media dan Sumber Belajar
1.      Jenis-jenis Media
Pembahagian jenis media pengajaran bermacam ragam tergantung pula keadaan para ahli, bagaimana ia melihat atau dari sudut mana ia melihat suatu benda (media). Karenanya antara para ahli yang satu dengan yang lainnnya mempunyai sisi pandang yang berbeda. Ada yang melihat jenis media dari segi unsur pokok tertentu umpamanya Rudi Brezt (S, Sadiman dan Rahardjo) adalah sebagai berikut:
Ia mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu; gambar garis dan simbol yang merupakan kontinium dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan. Disamping itu Brezt juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekaman recording sehingga terdapat 8 klasifikasi media 1) media audio visual gerak, 2) media audio visiual diam, 6) media audio semi gerak, 7) media audio, 8) media cetak.[12]

Sedangkan pendapat lain dari Oemar Hamalik, ia membagi media kepada empat jenis yaitu:
Alat visual yang dilihat, film strip, transparansi, micro proyection, papan tulis, papan berita, gambar ilustrasi grafik dan peta. Alat-alat auditif hanya didengar, misalnya: radio, rekaman tipe recorder, alat yang dapat dilihat dan di dengar, misalnya film, TV, benda-benda tiga dimensi misalnya model, bak pasir. terakhir dramatisasi misalnya: permainan dramatisasi, sosio drama, dan sandiwara boneka.[13]

Jadi kalau disimak pendapat di atas, bahwa peringkat pertama adalah alat-alat visual dan peringkat ke dua alat-alat auditiv, peringkat ke tiga alat yang dapat dilihat dan didengar dan ke empat benda-benda tiga dimensi.
Dari pembahagian di atas, kiranya dapat diklasifikasikan kepada dua macam yaitu: elektronik dan non elektronik kedua media itu mempunyai ciri yang tersendiri. Media elektronik adalah menggunakan alat atau dirancang dengan listrik (elektro) misalnya radio, TV, video, OHP, dan komputer. Sedangkan yang dirancang dari bahan yang sederhana, antara lain : papan tulis, papan berita dan papan planel.
Adapun penggunaan media non elektronika pada umumnya cenderung digunakan di sekolah. Hal ini karena media dalam bentuk atau jenis non elektronik tersebut ada di sekolah-sekolah. Di samping itu mendukung pula oleh situasi dan kondisi. Media tersebut antara lain papan tulis dan papan berita.

2.      Jenis-jenis Sumber Belajar
Dalam proses penyusunan perencanaan program pembelajaran, guru perlu menetapkan sumber apa yang dapat digunakan oleh siswa agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Ada beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting proses pembelajaran di dalam kelas diantaranya manusia sumber, alat dan bahan pengajaran, berbagai aktivitas dan kegiatan dan lingkungan atau setting.[14]
a.       Manusia Sumber
Suatu proses pembelajaran tentu guru menjadi sumber belajar bagi siswa, terutama dalam kondisi kedudukan guru sebagai pemegang peran utama di sekolah. “Guru itu sebagai sumber belajar, terutama dalam kondisi kedudukan guru sebagai pemegang peran utama di sekolah (teacher center oriented), sampai sekarangpun ada istilah ‘Berguru’, karena guru itu dianggap sebagai sumber ilmu yang diperlukan”.[15]
Manusia sumber merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Misalkan untuk mempelajari bagaimana orang-orang dayah dalam shalat, guru bisa menggunakan santri sebagai sumber belajar.
b.      Alat dan Bahan Pengajaran
Bahan adalah materi yang diberikan dalam proses pembelajaran. “kedudukan bahan atau materi sangat menentukan dalam proses pembelajaran, karena penguasaan materi secara sempurna akan menetapkan keberhasilan siswa”.[16]
Bahan (material) dapat di bagi kepada dua macam yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak dapat disajikan dengan perangkat keras dan bisa juga tanpa menggunakannya. Yang dimaksud perangkat keras yaitu OHP, Proyektor film, dan mesin ketik.
c.       Berbagai Aktivitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demontrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain sebagainya.

d.      Lingkungan atau Setting
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar, misalkan gedung sekolah, perpustakaan, laboratotium, taman, kantin sekolah, musalla dan lain sebagainya. Dengan lingkungan yang baik tidak terjadi keributan, cahaya cukup, suasana rapi dan menyenangkan hal ini cukup menguntungkan dibandingkan dengan lingkungan yang tidak menyenangkan.

3.      Pengaruh Media terhadap Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.[17] Namun demikian motivasi hendaknya tidak dianggap sebagai prasyarat mutlak untuk kegiatan belajar. Lebih baik motivasi dianggap sebagai kemauan biasa untuk memasuki suatu situasi belajar.
Strategi belajar yang paling baik adalah berupa tidak menghiraukan ada atau tidaknya motivasi, tetapi memusatkan perhatian pada penyampaian bahan pelajaran dengan menggunakan berbagai macam cara baik berupa penggunaan media maupun yang lainnya, sehingga dengan cara yang begitu motivasi pelajar dapat dikembangkan dan diperkuat selama proses belajar.[18]
Dari beberapa hal di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:
a.       Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
b.      Media dapat mengatasi batas ruang kelas, hal ini terutama untuk menyajikan bahan pelajaran yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta.
c.       Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan
d.      Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan
e.       Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat.
f.       Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.
g.      Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru
h.      Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
i.        Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang kongkrit sampai yang abstrak.[19]

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh media sangat besar terhadap motivasi belajar siswa. Dimana penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat, sebagai contoh sebelum menjelaskan materi tentang materi shalat, untuk dapat menarik perhatian siswa terhadap topic tersebut, maka guru memutar film terlebih dahulu tentang orang lagi shalat.  

D.    Keuntungan Guru Agama dalam Menggunakan Media dan Sumber Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Guru merupakan orang yang memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, dipundak guru terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha pendidikan persekolahan. Di banyak Negara maju media elektronik sebagai alat pengajar sudah dipergunakan dan kemampuannya untuk membawakan bahan pengajaran telah terbuktikan.
Bagi guru agama tugas dan tanggung jawab sebagaimana yang telah tercantum dalam tujuan pembelajaran agama harus mendorong murid melakukan berbagai kegiatan mengamati, menggolongkan, mengklasifikasi, menerapkan, meramalkan, menafsirkan, melakukan percobaan, menyimpulkan dan melaporkan berbagai bahan pengajaran yang ada di lingkungan tempat tinggalnya merupakan suatu amanat yang harus diterima, karena itu pemilihan dan penerapan berbagai metode pengajaran untuk mengajar materi agama sangat diperlukan dalam upaya untuk mencapai tujuan pengajaran.
Abd Rachman Abror, mengatakan ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media sebagai sumber belajar, yaitu:
1.      Mengenal, memilih dan menggunakan media dalam proses belajar-mengajar secara selektif.
2.      Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana
3.      Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar, misalnya, untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan sebagainya.
4.      Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar.
5.      Menggunakan mocro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan (PPL).[20]

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah disamping guru dalam mengajar menggunakan media, guru juga sebagai sumber belajar yang mempunyai peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pengajaran dan penggunaan metode.
Dengan demikian, sebagai sumber dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, hendaknya guru melakukan hal-hal berikut:
1.      Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa.  
2.      Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.
3.      Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan mana materi inti yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, mana materi yang harus di ingat kembali karena pernah dibahas dan lain sebagainya.[21]

Setiap jenis media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri, hal ini harus di jadikan bahan pertimbangan dalam memilih media yang digunakan, karena  betapapun tingginya nilai kegunaan media, hal itu tidak akan memberikan manfaat yang optimum, jika guru kurang/belum mampu menangani anak murid dengan baik, oleh sebab itu kesederhanaan pembuatan media dan penggunaan media sering menjadi faktor penentu bagi guru dalam memilih media”.[22]
Maka berdasarkan dari segala uraian di atas, dapat penulis sebutkan keuntungan guru agama menggunakan media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran adalah:
  1. Dengan adanya media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran dapat memberikan suasana yang lebih hidup, penampilannya lebih menarik, dan disamping itu dapat pula digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata.
  1. Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.
  1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih ketrampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin lat indera.
  1. Dengan adanya media pembelajaran maka kepala sekolah dan guru-guru agama dapat merancang sendiri alat-alat pembelajaran sesuai dengan materi-materi agama yang diajarkan, sehingga semua murid dapat melihat dan mempergunakannya sendiri dan tidak saling berebutan.
Demikianlah beberapa keuntungan guru agama menggunakan media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.


[1] Pedoman Pengembangan Silabus Kurikulum Pendidikan Agama Islam Madrasah. (Jakarta : DEPAG RI, 2003), hal. 11-12.

[2] Heri Noer & Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, (Jakarta : Triasco, 2003), hal. 67

[3] R.Ibrahim, Nan Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 112

[4] Arief S. Sadiman, dkk,  Media Pendidikan, (Jakarta : Penerbitan Yayasan Kanisiu, 1986), hal, 6

[5] Depag RI, Metodik Ibadah Syari’ah, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1981), hal. 55
[6] Yusuf Hadi Miarso CS, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Penerbit Pustekom Dikbud dan CV Rajawali, 1986), hal. 48.

[7] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2007), hal. 172

[8] Ramli Maha, Perancangan Pembelajaran Sistem PAI (Desain Instruksional), (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry Darussalam, 2000), hal. 147

[9] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, (Bandung : Tarsito, 1985), hal. 21

[10] Ibid, hal. 27

[11] Sadiman dkk,  Media Pendidikan, hal. 16

[12] Sadiman dkk, Media Pendidikan, hal. 20
[13] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulatan Belajar, hal. 63
[14] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, …. hal. 173
[15] Ramli Maha, Perancangan Pembelajaran ….,  hal. 147

[16] Ibid, hal. 146
[17] DEPAG RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001), hal. 82

[18] Ibid, hal. 82
[19] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,…., hal. 169

[20] Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1993), hal. 142
[21] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, …., hal. 21

[22] R.Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, hal. 120