BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Tujuan
Pembelajaran Agama
Pendidikan Agama
Islam, sebagai sebuah pogram pembelajaran diarahkan pada aqidah dan ketaqwaan,
serta prilaku yang bersifat Islami dalam kehidupan sehari-hari. Maka dada prinsipnya
mempelajari ilmu Agama di SMP
adalah membekali siswa kemampuan berbagai cara mengetahui dan suatu cara mengerjakan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam beserta isinya secara mendalam,
serta untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok
Agama Islam dan mengamalaknnya dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki
pengetahuan yang luas tentang Islam.
Sebagaimana
dikemukakan dalam Pedoman Pengembangan Silabus Kurikulum Pendidikan
Agama Islam
:
1. Pendidikan Agama Islam merupakan rumpun
mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat
dalam Agama Islam, karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari ajaran Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan
mengamalaknnya dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki pengetahuan yang luas
tentang Islam.
3. Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah
pogram pembelajaran diarahkan pada: aqidah dan ketaqwaan, serta prilaku yang
bersifat Islami dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan
pengusaan kompetensi kognitif saja tetapi juga efektif dan psikomotoriknya.
5. Isi mata pelajaran PAI di dasarkan dan
dikembangkan dari keuntungan-keuntungan yang ada dalam dua sumber poko ajaran Islam,
yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
6. Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar
ajaran Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
7. Out program pembelajaran PAI di madrasah
adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang
luhur) yang merupakan isi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw di dunia ini.[1]
Berdasarkan kriteria
pembelajaran agama Islam di atas, maka tujuan pengajaran agama di SMP dapat
berhasil dengan baik, apabila seorang guru telah dapat membuat muridnya
memahami konsep-konsep agama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar dan khususnya mampu menggunakan media dan sumber belajar yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, mampu mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Karakteristik pendidikan
Islam pertama-tama tampak pada kriteria pemilihannya, yaitu iman, ilmu, amal,
akhlak dan sosial. Maka dengan kriteria tersebut pendidikan agama Islam
merupakan pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral dan sosial. Semua kriteria
tersebut terhimpun dalam firman Allah ketika menyifati kerugian manusia yang
menyimpang dari jalan pendidikan Islam, baik manusia sebagai individu, manusia
sebagai jenis, manusia sebagai generasi, maupun umat manusia secara
keseluruhan.[2]
Dengan demikian iman,
ilmu, amal, akhlak dan sosial merupakan suatu pondasi dasar dalam Islam yang
harus dilakukan oleh setiap kaum muslim dalam hidup sehari-hari. Sebagaimana
firman Allah dalam surat
Al-‘Ashr, 1-3, yaitu:
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Q.S. al-‘Ashr : 1-3)
Maka
berdasarkan firman tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan berpusat pada
manusia sebagai sasaran dari hasil yang ingin dicapai karena manusia itu
benar-benar dalam kerugian apabila amal shaleh tidak dikedepankan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Fungsi
Media dan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran
- Pengertian Media dan Sumber Belajar
a.
Pengertian Media
Kata media adalah
bentuk jamak dari kata medium, yang berasal dari bahasa latin medius, secara
arti kata sebagai perantara atau pengantar, maksudnya adalah mengantar atau
meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses
penyajian informasi.
“Media adalah sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang,
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong
proses belajar-mengajar”.[3]
Menurut Asosiasi Teknologi Komunakasi
Pendidikan S. Sadiman dan Rohardjo, mengemukakan bahwa “Media adalah segala
bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan (informasi)”.[4]
Dalam pengertian komunikasi, media adalah
alat yang memindahkan informasi dari sumber kepada penerima, media komunikasi
memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat, serta berfungsi dalam
setiap aspek kehidupan.
Sesuatu dapat dikatakan sebagai media
pendidikan/pembelajaran, apabila media tersebut digunakan dewasa ini, khususnya
dalam proses belajar mengajar. Maka istilah yang cenderung memiliki
pengertian/makna yang sama sudah digunakan orang. Mula-mula dikenal dengan alat
peraga, kemudian disebut Audio Visual Aids (alat bantu pandang dan
dengar) dan selanjutnya disebut intruktional materials, dan kini istilah yang
lazim disebut atau digunakan adalah media pendidikan atau media pembelajaran
(intruktional media).
Terdapat banyak pendapat tentang usaha
memberi suatu batasan tentang konsep media pendidikan, antara lain, “bahwa kedudukan
alat peraga terasa lebih penting dalam mrangka membantu menanamkan pengertian
yang lebih konkrit dari konsep-konsep yang disampaikan oleh guru kepada
murid-muridnya melalui metode yang dipilihnya”.[5]
Dengan demikian alat peraga merupakan suatu
alat yang harus digunakan seorang guru dalam rangka meningkatkan pembelajaran
agama di sekolah-sekolah. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat yang diutarakan
oleh Yusuf Hadi
Miarso CS “Media
pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa”.[6]
Jadi media pendidikan adalah sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar dan media
pembelajaran yaitu segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar.
Berpedoman pada semua pendapat yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
semua alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan
maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun
dari sumber lain) kepada penerima pesan (anak didik atau warga belajar), atau
media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi
deduktif antara guru dan anak didik/warga belajar dapat berlangsung secara
tepat dan berdaya guna.
b.
Pengertian Sumber Belajar
Yang dimaksud sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk
mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.[7]
Sedangkan menurut
Ramli Maha sumber belajar adalah:
Apa yang
diberikan itu adalah bahan pelajaran dan dari mana bahan itu dapat diperoleh
disebut sumber belajar, maka dalam pandangan ‘subjek center oriented’,
buku adalah sumber utama, bahkan buku itulah sebagai program yang akan
menentukan tujuan, alokasi waktu dan urut-urutan langkah mengajar dengan
mengikuti urutan daftar isi buku tersebut.[8]
Dengan demikian sumber
belajar mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat, serta
berfungsi dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Demikian pula halnya dalam
bidang pendidikan khusunya dalam proses belajar mengajar di kelas tidak
diragukan lagi peranannya, yaitu dapat memberikan pengalaman kepada siswa,
antara lain dapat mendorong motivasi belajar, memperjelas dan memudah konsep
yang abstrak, dan mempertinggi pengalaman visual, sumber belajar juga menekankan
pengalaman yang kongkrit untuk menghidari verbalisme dalam proses belajar
mengajar.
Dengan adanya sumber belajar dalam proses
pembelajaran, maka tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien,
efektif maksudnya tercapainya tujuan sesuai dengan program yang telah
ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana yang tersedia. Jadi hasil yang
dicapai dari suatu proses belajar mengajar yang dilaksanakan opimal, artinya
sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan efesien maksudnya
pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan.
- Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
Media pembelajaran dapat disebut juga
dengan istilah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
perangkat keras atau hardware adalah media yang secara fisik memang keras
seperti telivisi, video, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
perangkat lunak atau software adalah media yang secara fisik memang lunak
seperti modul, transparansi, pita kaset dan sebagainya.
Media pembelajaran yang digunakan dalam
suatu kegiatan belajar mengajar tidak hanya terbatas pada apa yang disiapkan
oleh guru kelas sendiri, tetapi juga oleh sesuatu team yang terdiri dari para
ahli dalam bidang studi, ahli media dan lain-lain.
Secara umum media
mempunyai beberapa fungsi sangat luas. Menurut Oemar Hamalik fungsi media
adalah :
a. Edukatif, media sebagai alat menyampaikan
pendidikan karena dapat memberikan materi kepada siswa. Sebagai contoh seorang
guru mengajarkan Al-Qur’an dengan berwudhuk mensucikan diri terlebih dahulu
sebelum membacanya. Hal ini akan tumbuh sifat menghormati, kebiasaan bersih
diri dan disiplin pada diri anak. Al-Qur’an disini berperan sebagai alat
pendidikan (dalam arti yang luas).
b. Sosial, artinya dengan media pembelajaran
hubungan pribadi anak dengan guru lebih baik. Misalnya seorang guru setelah
menggunakan papan tulis menghapusnya namun seorang murid meminta kepada
gurunya, biar ia bantu membersihkan papan tulis tersebut.
c. Ekonomi, yaitu media dapat digunakan
beberapa siswa dan sepanjang waktu, hal ini dapat mengurangi tenaga guru dalam
menyiapkan media. Misalnya buku dapat digunakan bersama-sama dan sepanjang
dapat digunakan oleh siswa dan guru.
d. Seni dan budaya, yaitu dengan media kita
dapat memperkenalkan berbagai macam kebudayaan manusia masa kini, maupun masa
lampau sehingga dapat dipahami kebudayaan daerah masa lampau maupun kebudayaan
daerah yang sedang dilestarikan pada kurun waktu ini,. misalnya, seorang guru
memperlihatkan bermacam-macam hasil karya dari daerah-daerah lain pada masa
lampau.[9]
Secara umum,
penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai manfaat yang sangat
besar yaitu dapat membuat proses pembelajaran itu menjadi lebih efektif,
maksudnya pengajaran yang diberikan guru memberi pengaruh atau efek yang besar
kepada siswa yang belajar. Bahan pelajaran lebih mudah dipahami dan cepat
ditanggapi.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa media jika digunakan dalam kegiatan pembelajaran akan
mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Membuat isi pembelajaran (pesan) menjadi
lebih konkrit atau nyata, misalnya objek yang terlalu kecil yang tidak dapat
dilihat dengan mata dapat diperbesarkan.
b. Membuat seseorang siswa dapat melakukan
(belajar) sendiri atau bersama-sama, sehingga apa yang dipelajari lebih cocok
dengan niat atau kemampuan masing-masing
c. Membuat siswa senang belajar, karena apa
yang dipelajarainya dengan media akan lebih merangsang perhatiannya serta
menatang pikirannya untuk ingin lebih mengetahui dan mengalaminya.
Menurut Encyclopedia
of Educational Reseach merumuskan nilai atau manfaat media pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Meletakkan dasar dengan yang kongkrit untuk
berpikir dan oleh karena itu mengurangi verbalisme.
b. Mempersembahkan perhatian para siswa.
c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan belajar dan karena itu membuat pelajaran lebih menetap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuh kegiatan beusah sendiri di kalangan siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan
kontinu, hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dnegan
demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
g. Memberikan pengalaman-penalaman yang tidak
mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efesiensi yang
lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam mengajar.[10]
Sedangkan menurut
S. Sudirman dan Rahordjo merumuskan kegunaan
media dalam proses belajar adalah sebagai berikut:
a. Memperjelaskan penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalistis
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan
daya indra. Misalnya objek terlalu besar bisa digantikan denga gambar atau
model. Objek terlalu kecil dapat dibantu film bingkai
c. Dengan menggunakan media pendidikan secara
tepat dan bervariasi dapat di atasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media
berguna untuk menimbulkan kgairahan belajar, memungkinkan interaksi yang
berlangsung antara anak didik
d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa dan
lingkungan serta pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa. maka dengan kemampuannya dalam:
memberi perangsangan yang sama, mempersemakan pengalaman dan menimbuklkan
persepdi yang sama.[11]
Dari bebagai
penjelasan tentang manfaat dan fungsi media dalam proses belajar mengajar, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Dapat menarik dan memperbesar perhatian
anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan.
b. Dapat mengurangi bahkan menghilangkan sifat
variabelisme.
c. Dapat mengatasi perbedaan pengalaman
belajar berdasarkan latar beakang sosial ekonomi dari anak didik.
d. Membantu memberikan pengalaman belajar yang
sulit diperoleh dangan cara yang lain.
e. Mengatasi batas ruang dan waktu.
f. Membantu perkembangan pikiran anak didik
secara teratur dengan hal yang mereka alami.
g. Dapat mengatasi pengetahuan yang sulit
dilihat dengan mata.
h. Menumbuhkan kemampuan berusaha sendiri
berdasarkan pengalaman dan kenyataan.
i.
Dapat
mengatasi hal/peristiwa/kejadian yang sulit diikuti dengan indra mata.
j.
Memungkinkan
terjadinya kontal langsung antara anak didik dengan guru, masyarakat maupun
dengan lingkungan alam sekitarnya.
Tentu masih
banyak lagi manfaat dan fungsi yang diperoleh dari penggunaan media dalam
proses belajar mengajar, tetapi manfaat yang dikemukakan di atas kiranya sudah
dapat memberi suatu gambaran sampai dimana manfaat dan fungsi media jika
dimanfaatkan dalam kegiatan belajar
mengajar, baik dalam lembaga pendidikan formal maupun dalam lembaga pendidikan
in formal. Misalnya tepat latihan pendidikan kursus pendidikan kesejahteraan
keluarga, balai pengajian dan kursus-kursus lainnya.
C. Jenis-jenis
Media dan Sumber Belajar
1. Jenis-jenis Media
Pembahagian jenis
media pengajaran bermacam ragam tergantung pula keadaan para ahli, bagaimana ia
melihat atau dari sudut mana ia melihat suatu benda (media). Karenanya antara
para ahli yang satu dengan yang lainnnya mempunyai sisi pandang yang berbeda. Ada yang melihat jenis
media dari segi unsur pokok tertentu umpamanya Rudi Brezt (S, Sadiman dan
Rahardjo) adalah sebagai berikut:
Ia
mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara,
visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu; gambar garis dan simbol yang
merupakan kontinium dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan.
Disamping itu Brezt juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan
media rekaman recording sehingga terdapat 8 klasifikasi media 1) media audio
visual gerak, 2) media audio visiual diam, 6) media audio semi gerak, 7) media
audio, 8) media cetak.[12]
Sedangkan
pendapat lain dari Oemar Hamalik,
ia membagi media kepada empat
jenis yaitu:
Alat visual yang
dilihat, film strip, transparansi, micro proyection, papan tulis, papan berita,
gambar ilustrasi grafik dan peta. Alat-alat auditif hanya didengar, misalnya:
radio, rekaman tipe recorder, alat yang dapat dilihat dan di dengar, misalnya
film, TV, benda-benda tiga dimensi misalnya model, bak pasir. terakhir
dramatisasi misalnya: permainan dramatisasi, sosio drama, dan sandiwara boneka.[13]
Jadi kalau
disimak pendapat di atas, bahwa peringkat pertama adalah alat-alat visual dan
peringkat ke dua alat-alat auditiv, peringkat ke tiga alat yang dapat dilihat
dan didengar dan ke empat benda-benda tiga dimensi.
Dari pembahagian
di atas, kiranya dapat diklasifikasikan kepada dua macam yaitu: elektronik dan
non elektronik kedua media itu mempunyai ciri yang tersendiri. Media elektronik
adalah menggunakan alat atau dirancang dengan listrik (elektro) misalnya
radio, TV, video, OHP, dan komputer. Sedangkan yang dirancang dari bahan yang
sederhana, antara lain : papan tulis, papan berita dan papan planel.
Adapun penggunaan
media non elektronika pada umumnya cenderung digunakan di sekolah. Hal ini
karena media dalam bentuk atau jenis non elektronik tersebut ada di
sekolah-sekolah. Di samping itu mendukung pula oleh situasi dan kondisi. Media
tersebut antara lain papan tulis dan papan berita.
2. Jenis-jenis
Sumber Belajar
Dalam proses penyusunan perencanaan program
pembelajaran, guru perlu menetapkan sumber apa yang dapat digunakan oleh siswa
agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Ada beberapa sumber belajar yang bisa
dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting proses pembelajaran di
dalam kelas diantaranya manusia sumber, alat dan bahan pengajaran, berbagai
aktivitas dan kegiatan dan lingkungan atau setting.[14]
a. Manusia Sumber
Suatu proses pembelajaran
tentu guru menjadi sumber belajar bagi siswa, terutama dalam kondisi kedudukan
guru sebagai pemegang peran utama di sekolah. “Guru itu sebagai sumber belajar,
terutama dalam kondisi kedudukan guru sebagai pemegang peran utama di sekolah (teacher
center oriented), sampai sekarangpun ada istilah ‘Berguru’, karena
guru itu dianggap sebagai sumber ilmu yang diperlukan”.[15]
Manusia sumber merupakan
sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan
pembelajaran, guru dapat memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar.
Misalkan untuk mempelajari bagaimana orang-orang dayah dalam shalat, guru bisa
menggunakan santri sebagai sumber belajar.
b. Alat dan Bahan
Pengajaran
Bahan adalah materi yang diberikan dalam
proses pembelajaran. “kedudukan bahan atau materi sangat menentukan dalam
proses pembelajaran, karena penguasaan materi secara sempurna akan menetapkan
keberhasilan siswa”.[16]
Bahan (material) dapat di bagi kepada dua
macam yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak dapat disajikan
dengan perangkat keras dan bisa juga tanpa menggunakannya. Yang dimaksud
perangkat keras yaitu OHP, Proyektor film, dan mesin ketik.
c. Berbagai
Aktivitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktivitas adalah segala
perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar
siswa seperti kegiatan diskusi, demontrasi, simulasi, melakukan percobaan dan
lain sebagainya.
d. Lingkungan atau Setting
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat
memungkinkan siswa belajar, misalkan gedung sekolah, perpustakaan,
laboratotium, taman, kantin sekolah, musalla dan lain sebagainya. Dengan
lingkungan yang baik tidak terjadi keributan, cahaya cukup, suasana rapi dan
menyenangkan hal ini cukup menguntungkan dibandingkan dengan lingkungan yang
tidak menyenangkan.
3. Pengaruh Media
terhadap Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah
kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.[17]
Namun demikian motivasi hendaknya tidak dianggap sebagai prasyarat mutlak untuk
kegiatan belajar. Lebih baik motivasi dianggap sebagai kemauan biasa untuk
memasuki suatu situasi belajar.
Strategi belajar
yang paling baik adalah berupa tidak menghiraukan ada atau tidaknya motivasi,
tetapi memusatkan perhatian pada penyampaian bahan pelajaran dengan menggunakan
berbagai macam cara baik berupa penggunaan media maupun yang lainnya, sehingga
dengan cara yang begitu motivasi pelajar dapat dikembangkan dan diperkuat
selama proses belajar.[18]
Dari beberapa hal
di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:
a. Media dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki siswa.
b. Media dapat mengatasi batas ruang kelas,
hal ini terutama untuk menyajikan bahan pelajaran yang sulit dipahami secara
langsung oleh peserta.
c. Media dapat memungkinkan terjadinya
interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan
d. Media dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan
e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang
benar, nyata dan tepat.
f. Media dapat membangkitkan motivasi dan
merangsang peserta untuk belajar dengan baik.
g. Media dapat membangkitkan keinginan dan
minat baru
h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar
siswa.
i.
Media
dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang kongkrit sampai
yang abstrak.[19]
Dengan demikian
dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh media sangat besar terhadap motivasi
belajar siswa. Dimana penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa
sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat, sebagai
contoh sebelum menjelaskan materi tentang materi shalat, untuk dapat menarik
perhatian siswa terhadap topic tersebut, maka guru memutar film terlebih dahulu
tentang orang lagi shalat.
D. Keuntungan Guru Agama dalam Menggunakan
Media dan Sumber Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Guru merupakan orang yang memegang peranan yang
penting dalam proses belajar mengajar, dipundak guru terpikul tanggung jawab
utama keefektifan seluruh usaha pendidikan persekolahan. Di banyak Negara maju
media elektronik sebagai alat pengajar sudah dipergunakan dan kemampuannya
untuk membawakan bahan pengajaran telah terbuktikan.
Bagi guru agama
tugas dan tanggung jawab sebagaimana yang telah tercantum dalam tujuan
pembelajaran agama harus mendorong murid melakukan berbagai kegiatan mengamati,
menggolongkan, mengklasifikasi, menerapkan, meramalkan, menafsirkan, melakukan
percobaan, menyimpulkan dan melaporkan berbagai bahan pengajaran yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya merupakan suatu amanat yang harus diterima, karena
itu pemilihan dan penerapan berbagai metode pengajaran untuk mengajar materi agama
sangat diperlukan dalam upaya untuk mencapai tujuan pengajaran.
Abd Rachman
Abror, mengatakan ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan media sebagai sumber belajar, yaitu:
1. Mengenal, memilih dan menggunakan media
dalam proses belajar-mengajar secara selektif.
2. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang
sederhana
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium
dalam rangka proses belajar mengajar, misalnya, untuk kegiatan penelitian,
eksperimen dan sebagainya.
4. Menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar-mengajar.
5. Menggunakan mocro-teaching unit dalam
program pengalaman lapangan (PPL).[20]
Berdasarkan
uraian di atas, maka jelaslah disamping guru dalam mengajar menggunakan media,
guru juga sebagai sumber belajar yang mempunyai peran yang sangat penting.
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pengajaran
dan penggunaan metode.
Dengan demikian,
sebagai sumber dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa, hendaknya guru melakukan hal-hal berikut:
1. Sebaiknya guru memiliki bahan referensi
yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama
siswa.
2. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang
dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas
siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya
dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang
berkenaan dengan materi pelajaran.
3. Guru perlu melakukan pemetaan tentang
materi pelajaran, misalnya dengan menentukan mana materi inti yang wajib
dipelajari siswa, mana materi tambahan, mana materi yang harus di ingat kembali
karena pernah dibahas dan lain sebagainya.[21]
Setiap jenis
media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri, hal ini harus di jadikan bahan
pertimbangan dalam memilih media yang digunakan, karena betapapun tingginya nilai kegunaan media, hal
itu tidak akan memberikan manfaat yang optimum, jika guru kurang/belum mampu
menangani anak murid dengan baik, oleh sebab itu kesederhanaan pembuatan media
dan penggunaan media sering menjadi faktor penentu bagi guru dalam memilih
media”.[22]
Maka berdasarkan dari segala uraian di atas,
dapat penulis sebutkan keuntungan guru agama menggunakan media dan sumber
belajar dalam proses pembelajaran adalah:
- Dengan adanya media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran dapat memberikan suasana yang lebih hidup, penampilannya lebih menarik, dan disamping itu dapat pula digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata.
- Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih ketrampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin lat indera.
- Dengan adanya media pembelajaran maka kepala sekolah dan guru-guru agama dapat merancang sendiri alat-alat pembelajaran sesuai dengan materi-materi agama yang diajarkan, sehingga semua murid dapat melihat dan mempergunakannya sendiri dan tidak saling berebutan.
Demikianlah beberapa keuntungan guru agama menggunakan media dan
sumber belajar dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa.
[1] Pedoman Pengembangan Silabus Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Madrasah. (Jakarta : DEPAG RI,
2003), hal. 11-12.
[2] Heri Noer & Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan
Mendatang, (Jakarta
: Triasco, 2003), hal. 67
[3] R.Ibrahim, Nan Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003), hal. 112
[4] Arief S. Sadiman, dkk, Media
Pendidikan, (Jakarta : Penerbitan Yayasan Kanisiu, 1986), hal, 6
[5] Depag RI, Metodik Ibadah Syari’ah,
(Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1981), hal. 55
[6] Yusuf Hadi Miarso CS, Teknologi
Komunikasi Pendidikan, (Penerbit Pustekom Dikbud dan CV Rajawali, 1986), hal.
48.
[7] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta
: Kencana, 2007), hal. 172
[8] Ramli Maha, Perancangan Pembelajaran Sistem PAI (Desain
Instruksional), (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry Darussalam, 2000), hal. 147
[9] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, (Bandung
: Tarsito, 1985), hal. 21
[10] Ibid, hal. 27
[11] Sadiman dkk, Media
Pendidikan, hal. 16
[12] Sadiman dkk, Media Pendidikan, hal. 20
[14] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, …. hal. 173
[15] Ramli Maha, Perancangan Pembelajaran …., hal. 147
[16] Ibid, hal. 146
[17] DEPAG RI,
Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 2001), hal. 82
[18] Ibid, hal. 82
[19] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,…., hal. 169
[20] Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta :
Tiara Wacana, 1993), hal. 142
[21] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, …., hal. 21
[22] R.Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, hal. 120