Pengertian dan Tujuan Pembinaan Akhlak Anak
dalam Keluarga
1. Pengertian Akhlak Anak dalam Keluarga
Ada
dua pendekatan untuk
mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Secara etimologi “ akhlak ( اْ
خلا ق
), berasal dari mufradadnya khuluk (خلا
ق)
yang berarti budi pekerti”.[1] Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia
akhlak berarti ”budi pekerti, kelakuan, watak, pengetahuan berkaitan kelakuan
tingkah laku manusia dan sebagainya, baik atau jahat.”[2] Sedangkan menurut istilah adalah ”segala tingkah
laku perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan yang di terima dalam
masyarakat.”[3] Menurut Ahmad Muhammad Al-Hufy, “Akhlak adalah a’zimah (kemauan) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang, sehingga menjadi adat kebiasaan (membudaya) yang mengarah
kepada kebaikan dan keburukan”. [4]
Adapun menurut konsep Islam akhlak
adalah ”suatu sifat atau sikap keperibadian yang melahirkan tingkah laku
perbuatan manusia dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan
kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah.”[5] Ada juga sebahagian orang berpendapat
bahwa akhlak sama dengan moral. Akhlak buruk disebut juga sebagai akhlak yang
keji atau mazmumah. Akhlak mazmumah ialah: “menyekutukan Allah,
bohong/ dusta, takabur, dengki, khianat, bakhil, marah dan sifat-sifat tercela
yang lain yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Al-Sunnah.”[6]
Ibnu Maskawih dalam bukunya Tahdzibul akhlak
Watathirul A’raq, memberikan pengertian akhlak seperti dikutip Bachtiar Affandi
yaitu “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
dipikir-pikir dan di timbang-timbang terdahulu.”[7] Mengenai akhlak telah
di bahas secara luas oleh para ahli, sehingga telah merupakan suatu bidang
kajian khusus. Oleh karena itu perlu pula mengemukakan pengertian ilmu tentang
akhlak dan tata kesopanan tersebut. Menurut H.J.Bachtiar Affandi yang dimaksud dengan ilmu akhlak, ialah “suatu
ilmu” yang diperlukan untuk mengukur dan mengetahui baik atau buruknya
perbuatan manusia.”[8]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwa, akhlak adalah ilmu yang memberi batasan antara yang baik dan
yang buruk, antara yang terpuji dengan yang tercela, baik berupa perkataan
maupun perbuatan manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir
bathin. Serta mengatur pergaulan manusia guna mencapai tujuan hidup yang sesuai
dengan pergaulan sesamanya, karena masalah akhlak sangatlah besar perhatiannya
dan sangat menjunjung tinggi orang-orang yang berakhlak mulia, karena kedamaian
dan kebahagiaan seseorang atau kelompok serta yang paling utama bagi sebuah
keluarga atau dalam sebuah rumah tangga adalah dengan adanya jiwa akhlak yang
sudah melekat dalam jiwa masing-masing.
Imam
Al-Ghazali menegaskan seperti dikutip oleh Hasanuddin, dkk, mengatakan bahwa sumber
akhlak Islam hendaklah berdasarkan kepada 3 sumber berikut ini, yaitu: Kitab
suci Al-Quran, Hadits-hadits Rasulullah, dan pendapat ulama’.”[9] Oleh
karena itu dalam kehidupan keluarga sangat perlu ditanam dan ditumbuhkan akhlak
yang sesuai dengan tuntunan Agama Islam. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan pendidikan akhlak yang cukup bagi anaknya.
Pendidikan
akhlak merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam membina ummat, karena
akhlak merupakan salah satu pokok di antara pokok-pokok agama. Bahkan agama dan
akhlak adalah dua mata rantai yang tak dapat dipisahkan antara keduanya dalam
Islam. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw :
إ نما بعثت لاْ تمم
مكا ر م الأ خلا ق )رواه
البخاري)
Artinya : “Hanya sanya aku
diutus (sebagai Rasul) adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR.
Bukhari).[10]
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah sesuatu yang sangat penting, agar bukti kelembutan ajaran Islam dapat
terwujud dan dinikmati untuk seluruh alam. Sehingga pemberi bimbingan akhlakpun
harus orang-orang yang lebih tahu objek yang dibimbing, seperti orang Arab yang
dikenal berwatak keras diutus Rasulullah Saw yang penuh bijaksana dalam
mengajak mereka ke jalan yang benar. Pendidikan anak dibebankan kepada orang
tuanya yang sudah memiliki kasih sayang yang mendasar di antara keduanya, agar
mudah di turuti dan dipercaya.
Jadi akhlak adalah tingkah laku yang melekat pada
seseorang karena hal itu sudah sering dilakukannya secara spontan, kalau
perbuatannya sesuai dengan ajaran Islam, maka dinamakan dengan akhlak yang
baik, sebaiknya bila tidak sesuai maka dinamakan dengan akhlak yang buruk.
Sehubungan
dengan itu, maka objek dari pada ilmu akhlak itu adalah perbuatan manusia
secara integral, baik perbuatan itu mulia maupun tercela. Bila seseorang selalu
bergemilang kejahatan, pasti akhlaknya itu jelek. Sebaliknya, jika seorang pernah berbuat baik, maka akhlaknya adalah
baik.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak
sesuatu yang sangat penting, agar bukti kelembutan ajaran Islam dapat terwujud
dan dinikmati untuk seluruh alam.
2. Tujuan Pembinaan Akhlak Anak dalam Keluarga
Akhlak
merupakan suatu sifat yang sudah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.
Hingga dari situlah timbul berbagai perbuatan dengan cara spontan tanpa
memerlukan fikiran. Tujuan pembinaan akhlak dalam keluarga adalah "untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama Islam."[11] Sehingga menjadi manusia
yang bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Orang tua dan guru sangat berperan
dalam pembinaan akhlak anak didik mereka. Sehingga nantinya sekolah akan
melahirkan anak – anak generasi penerus yang islami dan intelektual. Untuk
itu dalam lingkungan keluarga, khususnya orang tua bersifat merangsang,
mendorong, dan membimbing anaknya terhadap aktifitas belajar, maka faktor ini
sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan si anak tersebut dalam belajar. Adapun
tujuan pembinaan Akhlak anak dalam keluarga berdasarkan pendidikan Islam secara
garis besar bervariasi yaitu meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yaitu
sebagai berikut:
1)
Pembentuk aqidah Islamiyah yang benar dan
dasar-dasar ibadah serta pelaksananya.
Pendidikan Islam dengan berbagai konsep dan istitusinya harus mengarah
pada pembentukan aqidah yang benar terutama dilingkungan rumah tangga, mesjid,
sekolah, maupun komunitas masyarakat lainnya. Sebagai firman Allah:
وما أمروا إلا ليعبدوالله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة
ويؤتوالز كاة وذلك دين القيمة. (البينة : ۵ )
Artinya:
Pada hal mereka tidak di suruh
melainkan menyembah Allah dengan memurnikan ketaatannya ( menjalankan ) agama
dengan lurus dan supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang
demikian itulah agama yang lurus ( Al-Bayyinah: 5 )
2)
Membetuk manusia berdedikasi islam
Pendidikan yang berdedikasi Islam adalah “tujuan utama dalam Tarbiyah
Islamiah karena dedikasi ini sangat urgen untuk menyempurnakan kepribadian
muslim yang mampu berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia.”[12]
Dengan ini anak akan lebih taat kepada Allah dan bisa menghargai antara sesama
manusia lainnya.
3) Membentuk manusia sosial
Manusia sosial adalah manusia yang dapat mengimbangi sikap dan
peranannya dalam berkomitmen terhadap sesama manusia lain. Tarbiyah Islamiyah
membekali manusia dengan “pengetahuan tentang semua cara yang memungkinkan
untuk ikut serta dalam membangun masyarakat yang mampu mengembangkan kehidupan
manusiawi kepada yang terbaik dan diridhai Allah.”[13]
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa dengan membentuk sikap sosial pada
seorang, maka ia akan lebih mudah dalam begaul dengan masyarakat sekitarnya
4)
Membentuk manusia yang menyeru kepada allah
Tujuan Tarbiyah Islamiyah adalah membentuk manusia yang menyeru hanya
kepada Allah, karena pada dasarnya, setiap manusia harus selalu berada dalam
menyeru kepada Allah SWT, sebagaimana telah disebutkan dalam firmannya :
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون ( الزريات : ٦۵ )
Artinya :
Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku.(Az-Zariyat: 56)
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa tujuan pendidikan Islam itu
untuk membentuk kepribadian manusia yang bertakwa serta taat kepada segala
perintah Allah dan menjauhkan segala larangannya.
5)
Membentuk kepribadian muslim agar memiliki
kemampuan untuk ikut serta dalam kerja islamiah.
Istilah kerja Islami menurut makna verbalnya adalah berdakwah kepada
ajaran Allah dengan segala yang meliputinya, pergerakan demi Islam, pendidikan
dan segala yang dibutuhkannya, penerapan kerja islamiah melalui tingkatan
individu keluarga dan masyarakat dan sebagainya.[14] dalam hal ini Allah berfirman:
من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم
أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون ( ألنحل
: ٩٧ )
Artinya :
Barang siapa yang mengerjakan
amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan kami berikan kepadanya yang baik dan sesungguhnya kami beri balasan kepada
mereka pahala yang lebih baik dari pada apa yang mareka kerjakan (An-Nahlu: 97)
Berdasarkan dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan
islam adalah untuk membina manusia menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah
SWT, berakhlak mulia, memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga bisa
membuat pendidikan Islam lebih maju, dan berguna bagi agama, bangsa dan negara
sehingga menjadi hamba yang berbahagia di dunia dan akhirat
Dari
keterangan di atas jelas bahwa ada ulama yang peduli terhadap pendidikan akhlak
dan pendidikan Islam, yang ijtihatnya atau pemikirannya bermamfaat bagi
perkembangan pendidikan Islam. Sehingga
mampu membentuk pribadi muslim yang sesuai ajaran Islam dengan akhlak-akhlak
yang terpuji.
Dalam
proses pembinaan tersebut, maka orang tua harus mampu mendidik anak- anak
mereka untuk tumbuh dan berkembang seperti yang agama inginkan. Hal ini sesuai
apa yang dikemukakan oleh Siti Rahayu bahwa: ”Suasana rumah tangga yang selalu
tegang dan ramai selalu cekcok dan sebagainya akan menghambat cara belajar si
anak.”[15] Dengan perkataan lain
tujuan nilai akhlak dalam kehidupan manusia adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Menjelaskan arti nilai
baik dan nilai buruk
- Menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindarkan.
- Menunjukkan jalan untuk
melakukan perbuatan.
- Menyatakan tujuan di dalam
perbuatan [16]
Berdasarkan
pernyataan tersebut bahwa akhlak mempersoalkan baik buruknya amal manusia, dan
amal tersebut terdiri dari perkataan dan perbuatan atau kombinasi keduanya dari
segi lahir dan batin, yang tercermin dari segala sikap dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari. Akhlak adalah implementasi dari iman dan dari segala
bentuk prilaku manusia, adapun usaha yang dapat dilakukan untuk menanamkan iman
kepada Allah dan menjadikan tujuan dan hakikat hidup manusia menjadi yang
sebenarnya.
Tujuan
nilai akhlak dalam kehidupan manusia ini terelaborasi untuk masing-masing
satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi
kompetensi-komptensi yang harus dikuasai oleh siswa. Tujuan pembinaan akhlak di
sekolah yaitu untuk membentuk pribadi siswa agar dapat berakhlak baik dan
meninggalkan akhlak tercela kepada sesamanya
sehingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pembinaan
akhlak di sekolah dilakukan dalam usaha merubah sikap dan tingkah laku siswa
dari yang kurang baik menjadi baik. Sesuai dengan tujuan Nabi Muhammad di utus
ke muka bumi untuk memperbaiki akhlak manusia, sebagaimana sabdanya :
انّم
بعثت لأ تمم مكارم الاخلا ق (رواه مسلم)
Artinya : Susungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia
(H.R. Muslim).[17]
Ajaran akhlak dalam Islam bersumber
dari kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasul yang telah dijabarkan oleh
Rasulullah dan Khulafaurrasyidin dalam segala
kegiatan dan aktifitas hidupnya. Dalam kehidupan sehari- hari kita sering mendapat
hambatan dan tantangan serta resiko dari suatu masalah. Dalam menghadapi
masalah tersebut sangat diperlukan suatu usaha yang tepat dan harus dilakukan
oleh setiap masyarakat, terlebih- lebih orang tua.
[1]
Rahmad Djatnika, Sistim Etika Islam, ( Jakarta : Pustaka
Panjimas, 1992), hal.26
[2] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1976), hal. 334.
[3] Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta : Gramedia,
1998), hal 36
[4]
Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad Saw; Keseluruhan dan Kemuliaan,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hal.13
[5] Ummu Salamah as- Salafiyah, Dapatkan Hak- hakmu Wahai Muslimah,
(Bogor:Pustaka Ibnu Katsir, 2005), hal. 147
[6] Bachtiar Afandi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali
Press, 2005), hal. 63
[7]
Ibid, hal. 66
[8]
Ibid, hal.14
[9] Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, (Jakarta : PT
Raja Grafmdo Persada, 2004), hal 47
[10]
Ahmad Bin Hambal, Musnat Ahmad Bin Hambal, Juz.I, ( Bairut : Al Maktabah
Al-Islam, ,t.t), hal.132
[11]
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum,
(Jakarta:Direktorat Kelembagaaan Agama Islam, 2004), hal. 4
[12]
Ibid, hal, 37.
[13] Ali Abd
Halim Mahmud, Pendidikan Rohani,
(Jakarta :Gema Insani Press, 2000), hal. 36.
[15]
Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan,
.., hal 62
[16]
Barmawie Umary, Materia . .
. , hal.1
[17]
Imam Muslim , Shaheh Muslim, Jilid 10,
(Bairut: Darul Fikri,1999), hal. 192