10/30/2015

Tujuan Pembinaan Akhlak Anak dalam Keluarga

Pengertian dan Tujuan Pembinaan Akhlak Anak dalam Keluarga
1.      Pengertian Akhlak Anak dalam Keluarga
Ada   dua   pendekatan   untuk   mendefenisikan   akhlak,   yaitu   pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Secara etimologi “ akhlak ( اْ خلا ق ), berasal dari mufradadnya khuluk (خلا ق) yang berarti budi pekerti”.[1] Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia akhlak berarti ”budi pekerti, kelakuan, watak, pengetahuan berkaitan kelakuan tingkah laku manusia dan sebagainya, baik atau jahat.”[2] Sedangkan menurut istilah adalah ”segala tingkah laku perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan yang di terima dalam masyarakat.”[3] Menurut Ahmad Muhammad Al-Hufy, “Akhlak adalah a’zimah (kemauan) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi adat kebiasaan (membudaya) yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan”. [4]

Adapun menurut konsep Islam akhlak adalah ”suatu sifat atau sikap keperibadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah.”[5] Ada juga sebahagian orang berpendapat bahwa akhlak sama dengan moral. Akhlak buruk disebut juga sebagai akhlak yang keji atau mazmumah. Akhlak mazmumah ialah: “menyekutukan Allah, bohong/ dusta, takabur, dengki, khianat, bakhil, marah dan sifat-sifat tercela yang lain yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Al-Sunnah.”[6]  
Ibnu Maskawih dalam bukunya Tahdzibul akhlak Watathirul A’raq, memberikan pengertian akhlak seperti dikutip Bachtiar Affandi yaitu “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa dipikir-pikir dan di timbang-timbang terdahulu.”[7] Mengenai akhlak telah di bahas secara luas oleh para ahli, sehingga telah merupakan suatu bidang kajian khusus. Oleh karena itu perlu pula mengemukakan pengertian ilmu tentang akhlak dan tata kesopanan tersebut. Menurut H.J.Bachtiar Affandi yang dimaksud dengan ilmu akhlak, ialah “suatu ilmu” yang diperlukan untuk mengukur dan mengetahui baik atau buruknya perbuatan manusia.[8]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa, akhlak adalah ilmu yang memberi batasan antara yang baik dan yang buruk, antara yang terpuji dengan yang tercela, baik berupa perkataan maupun perbuatan manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir bathin. Serta mengatur pergaulan manusia guna mencapai tujuan hidup yang sesuai dengan pergaulan sesamanya, karena masalah akhlak sangatlah besar perhatiannya dan sangat menjunjung tinggi orang-orang yang berakhlak mulia, karena kedamaian dan kebahagiaan seseorang atau kelompok serta yang paling utama bagi sebuah keluarga atau dalam sebuah rumah tangga adalah dengan adanya jiwa akhlak yang sudah melekat  dalam jiwa masing-masing.
Imam Al-Ghazali menegaskan seperti dikutip oleh Hasanuddin, dkk, mengatakan bahwa sumber akhlak Islam hendaklah berdasarkan kepada 3 sumber berikut ini, yaitu: Kitab suci Al-Quran, Hadits-hadits Rasulullah, dan pendapat ulama’.”[9] Oleh karena itu dalam kehidupan keluarga sangat perlu ditanam dan ditumbuhkan akhlak yang sesuai dengan tuntunan Agama Islam. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan akhlak yang cukup bagi anaknya.
            Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam membina ummat, karena akhlak merupakan salah satu pokok di antara pokok-pokok agama. Bahkan agama dan akhlak adalah dua mata rantai yang tak dapat dipisahkan antara keduanya dalam Islam. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw :
إ نما بعثت لاْ  تمم مكا ر م الأ خلا ق )رواه البخاري)
Artinya : “Hanya sanya aku diutus (sebagai Rasul) adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari).[10]
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sesuatu yang sangat penting, agar bukti kelembutan ajaran Islam dapat terwujud dan dinikmati untuk seluruh alam. Sehingga pemberi bimbingan akhlakpun harus orang-orang yang lebih tahu objek yang dibimbing, seperti orang Arab yang dikenal berwatak keras diutus Rasulullah Saw yang penuh bijaksana dalam mengajak mereka ke jalan yang benar. Pendidikan anak dibebankan kepada orang tuanya yang sudah memiliki kasih sayang yang mendasar di antara keduanya, agar mudah di turuti dan dipercaya.
Jadi akhlak adalah tingkah laku yang melekat pada seseorang karena hal itu sudah sering dilakukannya secara spontan, kalau perbuatannya sesuai dengan ajaran Islam, maka dinamakan dengan akhlak yang baik, sebaiknya bila tidak sesuai maka dinamakan dengan akhlak yang buruk.
            Sehubungan dengan itu, maka objek dari pada ilmu akhlak itu adalah perbuatan manusia secara integral, baik perbuatan itu mulia maupun tercela. Bila seseorang selalu bergemilang kejahatan, pasti akhlaknya itu jelek. Sebaliknya, jika seorang  pernah berbuat baik, maka akhlaknya adalah baik. 
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak sesuatu yang sangat penting, agar bukti kelembutan ajaran Islam dapat terwujud dan dinikmati untuk seluruh alam.
2.    Tujuan Pembinaan Akhlak Anak dalam Keluarga
Akhlak merupakan suatu sifat yang sudah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Hingga dari situlah timbul berbagai perbuatan dengan cara spontan tanpa memerlukan fikiran. Tujuan pembinaan akhlak dalam keluarga  adalah "untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama Islam."[11] Sehingga menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Orang tua dan guru sangat berperan dalam pembinaan akhlak anak didik mereka. Sehingga nantinya sekolah akan melahirkan anak – anak generasi penerus yang islami dan intelektual. Untuk itu dalam lingkungan keluarga, khususnya orang tua bersifat merangsang, mendorong, dan membimbing anaknya terhadap aktifitas belajar, maka faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan si anak tersebut dalam belajar. Adapun tujuan pembinaan Akhlak anak dalam keluarga berdasarkan pendidikan Islam secara garis besar bervariasi yaitu meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yaitu sebagai berikut:
1)      Pembentuk aqidah Islamiyah yang benar dan dasar-dasar ibadah serta pelaksananya.
Pendidikan Islam dengan berbagai konsep dan istitusinya harus mengarah pada pembentukan aqidah yang benar terutama dilingkungan rumah tangga, mesjid, sekolah, maupun komunitas masyarakat lainnya. Sebagai firman Allah:
وما أمروا إلا ليعبدوالله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة ويؤتوالز كاة وذلك دين القيمة. (البينة : ۵ )
Artinya:
Pada hal mereka tidak di suruh melainkan menyembah Allah dengan memurnikan ketaatannya ( menjalankan ) agama dengan lurus dan supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus ( Al-Bayyinah: 5 )
2)      Membetuk manusia berdedikasi islam
Pendidikan yang berdedikasi Islam adalah “tujuan utama dalam Tarbiyah Islamiah karena dedikasi ini sangat urgen untuk menyempurnakan kepribadian muslim yang mampu berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia.”[12] Dengan ini anak akan lebih taat kepada Allah dan bisa menghargai antara sesama manusia lainnya.
3) Membentuk manusia sosial
Manusia sosial adalah manusia yang dapat mengimbangi sikap dan peranannya dalam berkomitmen terhadap sesama manusia lain. Tarbiyah Islamiyah membekali manusia dengan “pengetahuan tentang semua cara yang memungkinkan untuk ikut serta dalam membangun masyarakat yang mampu mengembangkan kehidupan manusiawi kepada yang terbaik dan diridhai Allah.”[13] Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa dengan membentuk sikap sosial pada seorang, maka ia akan lebih mudah dalam begaul dengan masyarakat sekitarnya
4)      Membentuk manusia yang menyeru kepada allah
Tujuan Tarbiyah Islamiyah adalah membentuk manusia yang menyeru hanya kepada Allah, karena pada dasarnya, setiap manusia harus selalu berada dalam menyeru kepada Allah SWT, sebagaimana telah disebutkan dalam firmannya :
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون ( الزريات : ٦۵ )
Artinya :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku.(Az-Zariyat: 56)
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa tujuan pendidikan Islam itu untuk membentuk kepribadian manusia yang bertakwa serta taat kepada segala perintah Allah dan menjauhkan segala larangannya.
5)      Membentuk kepribadian muslim agar memiliki kemampuan untuk ikut serta dalam kerja islamiah.
Istilah kerja Islami menurut makna verbalnya adalah berdakwah kepada ajaran Allah dengan segala yang meliputinya, pergerakan demi Islam, pendidikan dan segala yang dibutuhkannya, penerapan kerja islamiah melalui tingkatan individu keluarga dan masyarakat dan sebagainya.[14] dalam hal ini Allah berfirman:
من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون (  ألنحل :  ٩٧ )
Artinya :
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya yang baik dan sesungguhnya kami beri balasan kepada mereka pahala yang lebih baik dari pada apa yang mareka kerjakan (An-Nahlu: 97)
Berdasarkan dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan islam adalah untuk membina manusia menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga bisa membuat pendidikan Islam lebih maju, dan berguna bagi agama, bangsa dan negara sehingga menjadi hamba yang berbahagia di dunia dan akhirat
Dari keterangan di atas jelas bahwa ada ulama yang peduli terhadap pendidikan akhlak dan pendidikan Islam, yang ijtihatnya atau pemikirannya bermamfaat bagi perkembangan pendidikan Islam.  Sehingga mampu membentuk pribadi muslim yang sesuai ajaran Islam dengan akhlak-akhlak yang terpuji.
Dalam proses pembinaan tersebut, maka orang tua harus mampu mendidik anak- anak mereka untuk tumbuh dan berkembang seperti yang agama inginkan. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh Siti Rahayu bahwa: ”Suasana rumah tangga yang selalu tegang dan ramai selalu cekcok dan sebagainya akan menghambat cara belajar si anak.”[15] Dengan perkataan lain tujuan nilai akhlak dalam kehidupan manusia adalah  meliputi hal-hal sebagai berikut:
  1. Menjelaskan arti nilai baik dan nilai buruk
  2. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindarkan.
  3. Menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan.
  4. Menyatakan tujuan di dalam perbuatan [16]

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa akhlak mempersoalkan baik buruknya amal manusia, dan amal tersebut terdiri dari perkataan dan perbuatan atau kombinasi keduanya dari segi lahir dan batin, yang tercermin dari segala sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak adalah implementasi dari iman dan dari segala bentuk prilaku manusia, adapun usaha yang dapat dilakukan untuk menanamkan iman kepada Allah dan menjadikan tujuan dan hakikat hidup manusia menjadi yang sebenarnya.
Tujuan nilai akhlak dalam kehidupan manusia ini terelaborasi untuk masing-masing satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-komptensi yang harus dikuasai oleh siswa. Tujuan pembinaan akhlak di sekolah yaitu untuk membentuk pribadi siswa agar dapat berakhlak baik dan meninggalkan akhlak tercela kepada sesamanya   sehingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pembinaan akhlak di sekolah dilakukan dalam usaha merubah sikap dan tingkah laku siswa dari yang kurang baik menjadi baik. Sesuai dengan tujuan Nabi Muhammad di utus ke muka bumi untuk memperbaiki akhlak manusia, sebagaimana sabdanya :
انّم بعثت لأ تمم مكارم الاخلا ق (رواه مسلم)
Artinya :    Susungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
                  (H.R. Muslim).[17]
            Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasul yang telah dijabarkan oleh Rasulullah dan Khulafaurrasyidin dalam segala  kegiatan dan aktifitas hidupnya. Dalam kehidupan sehari- hari kita sering mendapat hambatan dan tantangan serta resiko dari suatu masalah. Dalam menghadapi masalah tersebut sangat diperlukan suatu usaha yang tepat dan harus dilakukan oleh setiap masyarakat, terlebih- lebih orang tua.



[1] Rahmad Djatnika, Sistim Etika Islam, ( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hal.26

[2] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 334.

[3] Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal 36

[4] Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad Saw; Keseluruhan dan Kemuliaan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hal.13

[5] Ummu Salamah as- Salafiyah, Dapatkan Hak- hakmu Wahai Muslimah, (Bogor:Pustaka Ibnu Katsir, 2005), hal. 147

[6] Bachtiar Afandi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), hal. 63

[7] Ibid, hal. 66

[8] Ibid, hal.14

[9] Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, (Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004), hal 47

[10] Ahmad Bin Hambal, Musnat Ahmad Bin Hambal, Juz.I, ( Bairut : Al Maktabah Al-Islam, ,t.t), hal.132

[11] Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum, (Jakarta:Direktorat Kelembagaaan Agama Islam, 2004), hal. 4

[12] Ibid, hal, 37.
[13] Ali Abd  Halim Mahmud, Pendidikan Rohani, (Jakarta :Gema Insani Press, 2000), hal. 36.
[14] Ibid, hal, 38

[15] Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, .., hal 62

[16] Barmawie Umary, Materia  . . .  , hal.1

[17] Imam Muslim , Shaheh Muslim, Jilid 10, (Bairut: Darul Fikri,1999),  hal. 192