10/30/2015

Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Anak dalam Keluarga

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Anak dalam Keluarga
Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan tanggung jawab orang tua pertama sekali kepada Allah SWT, kerena anak merupakan amanah yang dipercayakan kepada orang tua, kewajiban orang tua mendidik anaknya sesuai dengan perintah Allah, yaitu membentuk manusia yang bertaqwa dengan meluruskan aqidahnya, dan perintah menyuruh anak untuk membiasakan mengerjakan shalat.
Oleh karena itu pendidikan dan pengajaran yang dimulai anak sejak kecil turut menentukan sikap dan perbuatanya di masa mendatang.  Pendidikan agama Islam merupakan salah satu pembentukan jati diri dalam kehidupan anak, pendidikan agama Islam ditanamkan melalui bimbingan dan pengarahan yang sifatnya kontinu agar terbentuk nilai-nilai moral dalam setiap prilakunya, baik pendidikan agama oleh orang tua dalam lingkungan keluarga, maupun pendidikan yang diberikan oleh guru dalam lingkungan sekolah serta masyarakat dimana ia hidup. Dalam Islam keluarga bertanggung jawab terhadap pendidikan anak hal ini dapat di lihat dalam firman Allah:

وإذ قال لقمان لابنه وهو يعظه يابني لاتشرك بالله إن الشرك لظلم عظم. (لقمان  :١٣ )
Artinya:
Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya: hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah bener-benar kezaliman yang besar. (Qs. Luqman:13)
Bila kita mengkaji berbagai riwayat Hadits, maka kita akan menemukan penekanan-penekanan bahwa pendidikan anak merupakan bagian dari hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua seperti mengajarinya membaca Al-Qur’an dan memberi makan dengan makanan yang halal. Dengan demikian Islam memberi pandangan yang khas terhadap perkembangan pendidikan seorang anak. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka orang tua dianggap salah apabila tidak memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan yang dimaksud adalah:
1.      Memberikan pengetahuan tentang aqidah, misalnya dengan mengenalkan pada anak nama-nama Allah dan Rasulnya,sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah dan Rasulnya, dan lain-lainnya
2.      Pengetahuan umum yang berkaitan dengan kepentingan duniawi dan kehidupan anak itu sendiri. Misalnya, pendidikan formal dengan segala jenjangnya atau tingkatannya hingga perguruan tinggi.
3.      Pengetahuan yang berkaitan langsung dengan kehidupan dan hidup anak tersebut.Seperti akhlak, etika dan moral, yang mula-mula harus diajarkan orang tua bagi setiap anak-anaknya.[1]

Orang tua sebagai pemimpin dalam lingkungan keluarga yang bertanggung jawab terhadap anaknya.[2] Hal ini diisyaratkan dalam sebuah Hadits Nabi SAW yang terdapat dalam Kitab Riyadhus Shalihin sebagai berikut:
عن عبد الله بن عمر ان رسو ل الله صلى الله عليـه وسلم قال : كلكم راع  وكلكم مسئول عن رعيته فالامام الذ يـ على الناس راع مسئول عن رعيته والرجل راع على اهل بينه وهو مسئول عن رعيته والمرأة راعية على بين زوجها وولده وهي مسئولة عنهم وعبد الرجل راع على مال سيده وهومسئول عنه الافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته  (رواه الجخاري)
Artinya :
Dari Abdullah bin Umar, Bahwa sanya Rasulullah SAW bersabda :” ketahuilah bahwa setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan setiap orang dari kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya, maka iman yang ada di tengah-tengah manusia itu pemimpin, dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, orang laki-laki adalah pemimpin keluarga rumah tangganya, dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, perempuan adalah pemimpin rumah suaminya dan anaknya, dia akan ditanya tentang mereka, dan hamba seseorang itu pemimpin harta majikannya, dia akan di tanya tentang harta itu, berhati-hatilah karna setiap orang dari kamu itu pemimpin, dan setiap dari kamu itu akan ditanya tentang kepemimpinannya  ”. (HR, Bukhari)[3]

            Dari hadits di atas dapatlah dipahami bahwa menurut perspektif Islam, orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya ke jalan yang benar dan lurus. Hal ini dilakukan orang tua tentunya melalui proses pendidikan dan pengajaran yang baik kepada anaknya, dan itulah cara membangun masyarakat Islam yang terpelajar. Sehingga anak mampu berinteraksi dengan dunia luar dengan berlandaskan kepada Agama Islam. Dari itulah penanaman akidah dan nilai-nilai iman dalam jiwa setiap generasi muda Islam sejak dini merupakan suatu keharusan yang mendadak pelaksanaannya. Agama Islam adalah “agama yang universal, yang mengajarkan kepada umatnya mengenai berbagai aspek kehidupan,”[4] baik duniawi maupun ukhrawi, ajaran Islam juga mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan proses pendidikan bagi generasi muda, yang merupakan kebutuhan hidup mereka yang mutlak harus dipenuhi untuk mencapai kesejahtraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas orang tua hanyalah mendidik, membimbing anak-anaknya ke arah yang diridhai oleh Allah dengan cara mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anaknya baik pengetahuan umum ataupun pengetahuan agama supaya pintar dan beriman kepada Allah SWT. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak ada tiga yaitu  :
1.      Orang Tua
Orang tua mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya, berhasil tidaknya masa depan anak dalam keluarga. Karena pendidikan yang bermula dari rumah tangga akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi anak dalam proses perkembangannya kelak, maka anak harus di didik dengan pendidikan yang baik demi kemaslahatan  dan masa depannya. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa:
Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua atau ibu, dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak. [5]

Tanggung jawab mendidik anak dalam hal ini bukan hanya ayah atau ibu saja, melainkan mereka harus bekerja sama dalam mengantarkan anak sampai mencapai tujuan maksimal.[6] Orang tua tidak boleh melemparkan tanggung jawab mendidik hanya kepada satu orang saja, akan tetapi itu merupakan tanggung jawab bersama.
Tanggung jawab bersifat kebersamaan ini menuntut “adanya kerja sama yang baik dalam mendirikan, memilih dan memberikan pendidikan kepada anaknya secara baik dan merupakan titik temu yang penting dan asasi dalam sistem pendidikan anak.”[7]
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya “lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan ketrampilan dan pendidikan kesusilaan.”[8] Dari uraian di atas jelaslah bahwa tugas orang tua bukan hanya saja memberikan semua kebutuhan anak, tetapi pendidikan dan pengontrolan terhadap sikap atau tingkah laku anak sangat diutamakan.
2.      Sekolah
Lembaga pendidikan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka di samping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
Penentuan lembaga pendidikan yang tepat akan mempengaruhi proses pendidikan dan kematangan anak didik. Dengan kata lain keberhasilan proses pembentukan manusia seutuhnya melalui jalur pendidikan sangat tergantung pada pemilihan lembaga pendidikan yang sesuai dengan keinginan. Artinya ke arah mana anak didik itu akan dibawa.[9]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah juga bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, pendidikan secara teratur, sistematis, berjenjang dan efisien sehingga anak dapat terarah dengan baik sesuai yang diinginkan.     
3.      Masyarakat
Di samping pendidikan yang di dapati anak-anak dalam keluarga  dan sekolah Lingkungan masyarakat merupakan tempat anak-anak mencoba menunjukkan harga dirinya kepada masyarakat. Masyarakat adalah “kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuaan negara, kebudayaan dan agama.”[10] Pendidikan yang diterima anak dalam masyarakat adalah merupakan pendidikan yang tidak di rencanakan dan anak menerima pengaruh dengan tidak sengaja, dan tidak mempunyai program yang tertentu serta terperinci, tetapi dalam pendidikan ini anak-anak menerima pengalaman pengetahuan, kecakapan dalam nila-nilai susila yang di peroleh anak-anak selama hidupnya.
Segala pengalaman yang terdapat dalam rumah tangga dan pergaulan dengan masyarakat tergolong dalam pendidikan informal. Apabila anak-anak terlepas dari asuhan keluarga dan sekolah baik dalam waktu yang panjang maupun dalam waktu beberapa jam dalam sehari ia akan menerima pengalaman dari masyarakat sekitarnya.
Lingkungan masyarakat yang baik dapat menjadi faktor penunjang bagi pertumbuhan anak, misalnya dengan melibatkan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti kegiatan pengajian, organisasi remaja mesjid, organisasi pemuda dan lainnya yang dapat memberi dampak positif bagi pendidikan anak.[11]
Namun sebaliknya bila lingkungan masyarakat yang tidak baik, maka akan memberikan  dampak negatif terhadap anak, misalnya setelah anak bermain dengan anak-anak (tetangga), yang lain sering kali (anak) memperoleh kosa kata baru yang jelek dan kurang enak didengar. Untuk mengantisipasi hal ini, maka seluruh masyarakat (masing-masing orang tua anak) harus menunjukkan sikap ketidaksukaannya terhadap ucapan-ucapan anak tersebut
Dapat disimpulkan bahwa dalam membina tingkah laku yang baik bagi anak bukan hanya pada keluarga dan sekolah akan tetapi masyarakat juga turut berperan, pemimpin masyarakat hendaknya dapat menciptakan masyarakat yang mencerminkan kepada nilai-nilai agama dan nilai-nilai pendidikan. Sehingga antara rumah tangga, sekolah dan masyarakat dapat bekerja sama demi terwujutnya masyarakat yang memiliki pendidikan yang baik.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat adalah unsur ketiga yang juga memikul tanggung jawab pendidikan anak, karena watak manusia sangat dipengaruhi oleh kecendrungan-kecendrungan dan moral sosial, kebudayaan, gaya hidup, bahasa serta keyakinan yang dianut masyarakat. Untuk itu perlu dibangun masyarakat yang berdasarkan norma dan budaya Islam yakni yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Akhlak merupakan suatu bagian yang berkaitan yang bersifat norma-norma atau nilai-nilai tentang perbuatan manusia yang meliputi hubungan manusia dengan tuhannya dan hubungan manusia sesamanya dan juga dengan alam. Akhlak juga merupakan tuntutan bagaimana seharusnya manusia bermoral, membutuhkan apa dan mana nilai-nilai baik dan buruk. moral juga menyatakan nilai-nilai yang dipandang baik dan berusaha mengendalikan perbuatan manusia dan masyarakat untuk mewujudkan salam (damai, sejahtera dan makmur).
Ajaran Islam mengandung nilai perjuangan amal perbuatan yang akan diwujudkan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan hukum Islam. Hal ini dalam rangka penghayatan rukun iman yang memiliki akhlak dan ihsan. sehingga hasil perbuatan itu diridhai Allah SWT. Karena akhlak menyuruh kepada perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang buruk.
Oleh karena itu akhlak merupakan nilai yang menentukan derajat manusia dalam kehidupan bermasyarakat, karena tinggi rendahnya derajat hidup seseorang itu sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya akhlak. Dengan demikian akhlak termasuk salah satu inti yang sangat penting dalam ajaran Islam yang di tentukan oleh Allah SWT kepada umat manusia.




[1] Mazhahiri Husain, Pintar Mendidik Anak Etika Islam Tentang Kenekalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara 1989), hal, 24.
[2] Abdurrahman An-Nahlawy, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah, Masyarakat, Cet. II, (Yogyakarta: Diponogoro Press, 1992), hal, 197.

[3] Abu Abdullah bin Muhammad Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I, (Mesir: Maktabah Al-Husaini, tt), hal. 154

[4] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara Press, 2001) hal, 98.
[5] Zakiah Daradjat, Pembinaan Anak, Cer IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hal. 34

[6] Ali Abdul Halim Mahmud, Fikih Responsibilitas; Tanggung Jawab Muslim dalam Islam, (Jakarta: 1998), hal 122

[7] Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I ( Jakarta  : Bumi Aksara 1994 ) hal. 44

[8] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Cet. Ke-1, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hal, 58,

[9] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Cet. I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal, 47.

[10] Zakiyah Daradjat, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa Mental,…, hal 754.
[11] Umar Tirta Raharja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Renika Cipta, 200) hal 17