10/30/2015

Usaha Orang Tua terhadap Pembinaan Akhlak Anak dalam Keluarga

           Usaha Orang Tua terhadap Pembinaan Akhlak Anak dalam Keluarga
Dalam era saat ini diperlukan adanya reorientasi terhadap perubahan- perubahan yang terjadi baik di Indonesia maupun diluar negeri, sehingga dalam dunia pendidikan perlunya penekanan tenaga didik yang dibekali dengan aneka ragam pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.  Perlu suatu upaya yang harus di waspadai serta diawasi pengaruh dari pada era global. Hal ini menjadi sangat penting bagi anak didik yang hidup dalam era saat ini (era globalisasi) yang menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam pemikiran serta kemampuan memecahkan masalah- masalah non rutin secara kretatif dan kritis.

Dibutuhkan keterampilan- keterampilan tertentu yang menyiapkan peserta didik untuk dapat bersaing pada tingkat nasional dan internasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi, dengan tidak mengesampingkan pendidikan humaniora dan pendidikan nilai itu sendiri. Sekarang timbul pertanyaan pada diri kita baik selaku pendidik atau selaku orang tua, bagaimana kita menghilangkan hambatan atau kendala- kendala yang terjadi dalam lingkungan kehidupan kita yang sebahagian besar belum dapat menghambat dan bahkan menghancurkan kehidupan kita dari segala aspek kehidupan kita saat ini?
Salah satu cara yang dapat kita tempuh adalah dengan menganalisa bentuk permasalahan atau kendalanya, sehingga kita akan dapat menyusun suatu kerangka konsep solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut. Dengan demikian kendala atau hambatan tersebut dapat dieliminir (dihilangkan), dan tujuan keluarga akan tercapai.
Dalam kehidupan sehari- hari kita sering mendapat hambatan dan tantangan serta resiko dari suatu masalah. Dalam menghadapi masalah tersebut sangat diperlukan suatu usaha yang tepat yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat, terlebih- lebih orang tua.
Di samping itu juga dapat dilakukan usaha yang mengarah pada pembentukan pembinaan nilai akhlak anak dalam keluarga melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
1.    Menanamkan akhlak terpuji
            Upaya untuk menanamkan akhlak terpuji yang pertama perlu diperhatikan oleh orang tua terhadap anak dalam keluarga. Hal ini sebagaimana tersebut dalam hadits dibawah ini :
     ما نحل وا لدا من نحل ا فضل من اد ب حسن ( رواه التر مز ى )
Artinya: Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang Ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik (HR.Turmuzi).
Dari pengertian hadits di atas dapat dipahami upaya pertama dalam menanamkan akhlak mulia kepada anak. Oleh karena itu, budi pekerti mengandung pengertian yang luas seperti : Sopan santun, menghormati orang tua, memuliakan tamu, berbicara yang benar, tidak sombong, tertib dalam melaksanakan ibadah dan lain-lain.
2.    Menghargai Anak
            Menghargai anak merupakan sebahagian dari pembinaan budi pekerti, karena anak adalah sebagai anugerah Allah kepada orang tua dan harus dihargai dan harus dimuliakan sehingga anak senang menerima segala tuntutan-tuntutan yang diberikan kepadanya.
            Oleh karena dasar pendidikan keagamaan berakar pada iman kebiasaan mengingat Allah yang di tanamkan pada diri anak sejak kecil akan menguasai seluruh pikiran atau perasaannya, menjauhkan anak dari sifat negatif, kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang merusak moral. Untuk itu Islam sangat memperhatikan pendidikan anak dari aspek akhlak yang sangat berharga sebagai suatu upaya harus dibenahi oleh orang tua kepada anaknya. [1]

3.    Mencegah Anak dari Sifat Tercela.
            Suka menolong merupakan suatu sikap yang kurang baik dalam pergaulan. Oleh karena itu, orang tua wajib mencurahkan perhatian dan berupaya mencegah terhadap gejala ini, sehingga anak-anak terhindar dari gejala tersebut kemudian akan menjadi kemunafikan kebohongan itu cukup dikatakan sebagai sifat yang buruk karena telah memandang sebagai tanda-tanda kemunafikan orang-orang yang melakukannya akan neraka siksa Allah dan ditafsirkannya sebagai orang-orang yang dusta. Juga Nabi Muhammad telah memandangnya sebagai pengkhianat yang besar.
            Dengan demikian kewajiban orang tua adalah menjauhkan anak-anak yang keadaan dusta dan para pendusta. Disamping menjelaskan akibat dan bahaya dusta sehingga tidak melakukannya, hal ini merupakan cerminan dari pribadi orang tua yang menjadi panutan bagi anak-anak dalam menanamkan akhlak yang baik. [2]
4.    Akhlak dapat mengendalikan kemauan.
            Pentingnya  unsur kemauan dalam diri manusia tidaklah dapat disangkal, sebab kemauan adalah pangkal mulanya timbulnya tenaga, tindakan dan perbuatan. Daya pikir dan perasaan yang sempurna belum dapat menjamin suatu tingkah laku yang baik, jika tidak disertai oleh kemauan untuk berbuat baik. Di sini perlunya unsur kemauan diberi pembinaan dengan pendidikan akhlak, agar kemauan itu dapat bertindak sesuai dengan tujuan pembinaan akhlak, jika “kemauan tersebut di pupuk dengan akhlak yang baik akan timbul kemauan keras berbuat baik atau disebut “moral force” pada diri seseorang”. [3]
Berdasarkan gambaran di atas, maka hal-hal yang harus dibina oleh orang tua terhadap akhlak anak dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a.       Kecerdasan anak-anak harus dapat mengetahui dan membedakan antara baik dan buruk dengan tegas dan jelas, harus dapat menimbang-nimbang segala tindakannya dengan tepat.
b.      Perasaan-perasaan cinta akan segala yang baik dan benci kepada semua yang jahat hendaknya dipupuk.
c.       Kemauan-kemauan untuk berbuat yang baik dan menyingkiri yang jahat harus diperkuat.[4]

            Jadi jelaslah ketiga unsur tersebut memerlukan pembinaan agar terciptanya akhlak yang sempurna. Kesempurnaan akhlak tersebut bukan saja bermanfaat untuk diri pribadi, bahkan ia sebagai makhluk sosial yang selalu terjadi interaksi turut pula mempengaruhi individu lainnya. Suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
5.    Mencegah anak dari suka mencela.
            Suka mencela merupakan gejala yang tidak baik dan harus dicegah terhadap diri sianak mulai  dalam lingkungan keluarga sampai lingkungan masyarakat, agar mendapatkan akhlak yang baik. Oleh karena itu, merupakan akhlak yang tidak terpuji dan dilarang dalam Islam.
            Untuk menghindari hal itu dan tertanamnya akhlak mulia pada diri anak, orang tua harus berupaya memberikan keteladanan yang baik dan terpuji baik dalam keindahan, perkataan dan perbuatan. Di samping itu wajib mencegah anak-anak tidak bermain dijalan dan bergaul dengan teman jahat dan nakal, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh penyimpangan dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Wajib menjelaskan kepada anak-anak akan akibat yang ditimbulkan dari kecerobosan mencela, nyakni menghancurkan kepribadian, menjatuhkan wibawa dan menamkan kebencian serta dengki ditengah-tengah masyarakat.[5]
            Oleh karena itu, orang tua harus membiasakan yang baik dan benar dalam membina anak melalui akhlak yang terpuji, karena baik buruknya sianak tergantung kepada orang tua yang mendidik anak tersebut. Apabila anak itu baik, maka merupakan suatu kebanggaan bagi orang tuanya sendiri, sebaliknya apabila anak itu buruk maka akan menjadi suatu problema besar dalam keluarga khususnya orang tua sianak hari ini, apabila semua tuntutan ini dilakukan, maka tidak diragukan lagi bahwa anak akan selalu menjaga nama baik orang tuanya sendiri.






[1] Abdullah Naslih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, (Bandung : .PT.Remaja Rosda Karya, 1990), hal.184
[2] Ibid, hal.184

[3] Humaidi Tatapangarsa,  Pengantar Kuliah Akhlak,( Surabaya :  Bina Ilmu, 1979), hal.12

[4] Crijns dan Reksosiswoyo, Pengantar di dalam Praktek Pengajaran dan Pendidikan, Jilid V, (Jakarta :  Noordhoff kolff, t.t), hal.7

[5] Ibid,  hal.184