Dalam era saat ini diperlukan adanya reorientasi terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi baik di Indonesia maupun diluar negeri, sehingga dalam
dunia pendidikan perlunya penekanan tenaga didik yang dibekali dengan aneka
ragam pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan
teknologi. Perlu suatu upaya yang harus
di waspadai serta diawasi pengaruh dari pada era global. Hal ini menjadi sangat
penting bagi anak didik yang hidup dalam era saat ini (era globalisasi) yang
menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam pemikiran serta kemampuan memecahkan
masalah- masalah non rutin secara kretatif dan kritis.
Dibutuhkan keterampilan- keterampilan tertentu yang menyiapkan peserta
didik untuk dapat bersaing pada tingkat nasional dan internasional dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi, dengan tidak mengesampingkan
pendidikan humaniora dan pendidikan nilai itu sendiri. Sekarang timbul
pertanyaan pada diri kita baik selaku pendidik atau selaku orang tua, bagaimana
kita menghilangkan hambatan atau kendala- kendala yang terjadi dalam lingkungan
kehidupan kita yang sebahagian besar belum dapat menghambat dan bahkan
menghancurkan kehidupan kita dari segala aspek kehidupan kita saat ini?
Salah satu cara yang dapat kita tempuh adalah dengan menganalisa bentuk
permasalahan atau kendalanya, sehingga kita akan dapat menyusun suatu kerangka
konsep solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut. Dengan demikian kendala
atau hambatan tersebut dapat dieliminir (dihilangkan), dan tujuan keluarga akan
tercapai.
Dalam kehidupan sehari- hari kita sering mendapat hambatan dan tantangan
serta resiko dari suatu masalah. Dalam menghadapi masalah tersebut sangat
diperlukan suatu usaha yang tepat yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat,
terlebih- lebih orang tua.
Di samping itu juga dapat dilakukan usaha yang mengarah pada pembentukan
pembinaan nilai akhlak anak dalam keluarga melalui beberapa cara, antara lain
sebagai berikut:
1. Menanamkan akhlak terpuji
Upaya untuk menanamkan akhlak terpuji yang pertama perlu
diperhatikan oleh orang tua terhadap anak dalam keluarga. Hal ini sebagaimana
tersebut dalam hadits dibawah ini :
ما
نحل وا لدا من نحل ا فضل من اد ب حسن ( رواه التر مز ى )
Artinya: Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang Ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti
yang baik (HR.Turmuzi).
Dari pengertian hadits di atas dapat dipahami upaya
pertama dalam menanamkan akhlak mulia kepada anak. Oleh karena itu, budi
pekerti mengandung pengertian yang luas seperti : Sopan santun, menghormati
orang tua, memuliakan tamu, berbicara yang benar, tidak sombong, tertib dalam
melaksanakan ibadah dan lain-lain.
2. Menghargai Anak
Menghargai
anak merupakan sebahagian dari pembinaan budi pekerti, karena anak adalah
sebagai anugerah Allah kepada orang tua dan harus dihargai dan harus dimuliakan
sehingga anak senang menerima segala tuntutan-tuntutan yang diberikan
kepadanya.
Oleh
karena dasar pendidikan keagamaan berakar pada iman kebiasaan mengingat Allah
yang di tanamkan pada diri anak sejak kecil akan menguasai seluruh pikiran atau
perasaannya, menjauhkan anak dari sifat negatif, kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang merusak moral. Untuk itu Islam sangat memperhatikan
pendidikan anak dari aspek akhlak yang sangat berharga sebagai suatu upaya
harus dibenahi oleh orang tua kepada anaknya. [1]
3. Mencegah Anak dari Sifat Tercela.
Suka
menolong merupakan suatu sikap yang kurang baik dalam pergaulan. Oleh karena
itu, orang tua wajib mencurahkan perhatian dan berupaya mencegah terhadap
gejala ini, sehingga anak-anak terhindar dari gejala tersebut kemudian akan
menjadi kemunafikan kebohongan itu cukup dikatakan sebagai sifat yang buruk
karena telah memandang sebagai tanda-tanda kemunafikan orang-orang yang
melakukannya akan neraka siksa Allah dan ditafsirkannya sebagai orang-orang
yang dusta. Juga Nabi Muhammad telah memandangnya sebagai pengkhianat yang
besar.
Dengan
demikian kewajiban orang tua adalah menjauhkan anak-anak yang keadaan dusta dan
para pendusta. Disamping menjelaskan akibat dan bahaya dusta sehingga tidak
melakukannya, hal ini merupakan cerminan dari pribadi orang tua yang menjadi
panutan bagi anak-anak dalam menanamkan akhlak yang baik. [2]
4. Akhlak dapat mengendalikan kemauan.
Pentingnya unsur kemauan dalam diri manusia tidaklah
dapat disangkal, sebab kemauan adalah pangkal mulanya timbulnya tenaga,
tindakan dan perbuatan. Daya pikir dan perasaan yang sempurna belum dapat
menjamin suatu tingkah laku yang baik, jika tidak disertai oleh kemauan untuk
berbuat baik. Di sini perlunya unsur kemauan diberi pembinaan dengan pendidikan
akhlak, agar kemauan itu dapat bertindak sesuai dengan tujuan pembinaan akhlak,
jika “kemauan tersebut di pupuk dengan akhlak yang baik akan timbul kemauan
keras berbuat baik atau disebut “moral force” pada diri seseorang”. [3]
Berdasarkan
gambaran di atas, maka hal-hal yang harus dibina oleh orang tua terhadap akhlak anak dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Kecerdasan anak-anak harus dapat mengetahui dan membedakan antara baik dan
buruk dengan tegas dan jelas, harus dapat menimbang-nimbang segala tindakannya
dengan tepat.
b. Perasaan-perasaan cinta akan segala yang baik dan benci kepada semua yang
jahat hendaknya dipupuk.
c. Kemauan-kemauan untuk berbuat yang baik dan menyingkiri yang jahat harus
diperkuat.[4]
Jadi
jelaslah ketiga unsur tersebut memerlukan pembinaan agar terciptanya akhlak
yang sempurna. Kesempurnaan akhlak tersebut bukan saja bermanfaat untuk diri
pribadi, bahkan ia sebagai makhluk sosial yang selalu terjadi interaksi turut
pula mempengaruhi individu lainnya. Suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
5. Mencegah anak dari suka mencela.
Suka
mencela merupakan gejala yang tidak baik dan harus dicegah terhadap diri sianak
mulai dalam lingkungan keluarga sampai
lingkungan masyarakat, agar mendapatkan akhlak yang baik. Oleh karena itu,
merupakan akhlak yang tidak terpuji dan dilarang dalam Islam.
Untuk
menghindari hal itu dan tertanamnya akhlak mulia pada diri anak, orang tua harus
berupaya memberikan keteladanan yang baik dan terpuji baik dalam keindahan,
perkataan dan perbuatan. Di samping itu wajib mencegah anak-anak tidak bermain
dijalan dan bergaul dengan teman jahat dan nakal, sehingga mereka tidak
terpengaruh oleh penyimpangan dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Wajib menjelaskan
kepada anak-anak akan akibat yang ditimbulkan dari kecerobosan mencela, nyakni
menghancurkan kepribadian, menjatuhkan wibawa dan menamkan kebencian serta
dengki ditengah-tengah masyarakat.[5]
Oleh karena itu, orang tua harus
membiasakan yang baik dan benar dalam membina anak melalui akhlak yang terpuji,
karena baik buruknya sianak tergantung kepada orang tua yang mendidik anak
tersebut. Apabila anak itu baik, maka merupakan suatu kebanggaan bagi orang
tuanya sendiri, sebaliknya apabila anak itu buruk maka akan menjadi suatu
problema besar dalam keluarga khususnya orang tua sianak hari ini, apabila
semua tuntutan ini dilakukan, maka tidak diragukan lagi bahwa anak akan selalu
menjaga nama baik orang tuanya sendiri.
[1] Abdullah Naslih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Pemeliharaan
Kesehatan Jiwa Anak, (Bandung : .PT.Remaja Rosda Karya, 1990),
hal.184
[3]
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak,( Surabaya : Bina Ilmu, 1979), hal.12
[4]
Crijns dan Reksosiswoyo, Pengantar
di dalam Praktek Pengajaran dan Pendidikan, Jilid V, (Jakarta :
Noordhoff kolff, t.t), hal.7
[5]
Ibid, hal.184