BAB II
MASYARAKAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA
A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama
I. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan agama Islam adalah Al-Qur’an yang memberi pandangan hidup bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka Al-Qur'an memberi petunjuk bagi pendidikan Islam. Pendidikan tidak mungkin dapat di bicara tanpa mengambil Al-Qur’an sebagai rujukannya. Tiga sumber yang harus digunakan secara hirarkis, yaitu Al-Qur'an, Al-Hadits dan Ijmak, namun Al-Qur’an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasannya tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an, maka harus dicari di dalam Sunnah, apabila tidak juga ditemukan di dalam sunnah, barulah digunakan Ijmak.
a. Al-Qur’an sebagai Dasar Pertama
Al-Qur’an sebagai petunjuk, sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud Al-Qur’an yaitu :
1. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus di anut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma- norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif.
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
Dari keterangan di atas jelas bahwa pemahaman pandidikan Islam yang terkandung di dalamnya Al-Qur’an sebagai sumber pertama, membutuhkan kepada pemahaman dan mengamalkannya dengan baik dan benar agar manusia bertambah taat kepada Allah SWT.
b. Al-Hadits sebagai Sumber Kedua
Sumber kedua pendidikan Islam adalah Hadits, sebagai mana telah diketahui bahwa Hadits itu berarti ; "perkataan, perbuatan dan takrir Rasulullah SAW. Adapun pengertian secara ilmiah hadits itu dapat berarti ; kumpulan sabda Rasulullah SAW. Perbuatan, peninggalan, sifat, ikrar larangan, apa yang disukainya, dan yang tidak disukainya, bela Negara dan hal dalam kehidupannya". Dalam lapangan pendidikan Hadits berfungsi sebagai penjelas sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal yang tidak terdapat padanya.
c. Itjihad
Ijtihad dalam lapangan pendidikan malah nyaris tak terdengar. Sebabnya barangkali bisa dirujuk pada kondisi sosial umat di masa lalu. Persoalan kenegaraan, perdagangan, perkawinan, dan sebagainya seperti terlihat pada tema-tema Fiqh tampak merupakan masalah akut pada masa itu, sementera persoalan pendidikan cukup diatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada. Meskipun demikian, ada sebagian ulama yang peduli terhadap masalah pendidikan, di antaranya dapat disebutkan "kelompok Ikhwan Al-Shafa, Al-Ghazali, Ibnu Khladum, Al-Zurnuji, Al-Kanbin, dan Al-Anshari".
Dari keterangan di atas jelas bahwa ada ulama yang peduli terhadap pendidikan Islam, yang ijtihatnya atau pemikirannya bermamfaat bagi perkembangan pendidikan Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai oleh seorang atau sekelompok kegiatan. Adapun mengenai tujuan pendidikan agama menurut Hasan Langulung ialah : "Memberikan kepada akal untuk memikirkan dan merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada Allah, menambah potensi-potensi bakat anak, menaruh perhatian dan mendidik dengan sebaik-baiknya dan berusaha untuk mengembangkan segala potensi dan bakat manusia".
Adapun Abdurrahman An-Nahlawy mengemukakan tujuan khusus pendidikan Agama Islam adalah "Untuk beribadah kepada Allah SWT tunduk dan patuh kepada-Nya serta menjadi Khalifah dimuka bumi, guna memakmurkan dan melaksanakan syari`at Allah"
Menurut Mahmud Yunus ialah, "Menyiapkan anak-anak supaya diwaktu dewasanya kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat"
Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan pendidikan agama Islam :
1. Tujuan Sementara
Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-
ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.
2. Tujuan Akhir
Adapun tujuan akhir pendidikan Agama Islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.
Menurut Ahmad D. Marimba aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan kedalam tiga hal yaitu :
a. Aspek-aspek kejasmanian : meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara-cara berbuat, cara-cara berbicara.
b. Aspek kejiwaan : meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahanan dari luar misalnya : cara-cara berpikir, sikap dan minat.
c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur : meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa tujuan pendidikan agama bagi siswa adalah untuk membentuk manusia yang mulia, mengabdi, serta patuh terhadap segala ajaran agama, yaitu menjadi manusia beriman dan bertaqwa, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an dalam Surat Azd-Zhariyah ayat 56 yaitu :
وماخلقت الجن والإ نس إلا ليعبدونى (الذاريات :65)
Artinya : Dan tidak aku jadikan Jin dan Manusia melainkan supaya menyembah-Ku. (QS.Azd-Zhariyat : 56).
قل إن صلا تى و نسكى ومحياي ومما تي لله رب العا لمين
(الا نعام :162)
Artinya : Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. (QS. Al-An’am : 162)
Atas dasar ayat-ayat di atas dapat diketahui tujuan pendidikan agama ialah merealisasikan manusia Muslim yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdi kepada Khalik-Nya dengan sikap dan kepribadian bulat yang merujuk kepada penyerahan diri kepada-Nya dalam segala aspek hidupnya untuk mencari Ridha Allah SWT.
Tujuan Allah mengadakan dan menghidupkan manusia di muka bumi ini adalah agar manusia mengabdi kepada Allah. Dengan perkataan lain, tujuan hidup manusia adalah mengabdi kepada Allah. Mengabdi kepada Allah tidak lain adalah menuruti apa saja yang dikehendaki oleh Allah, menghindarkan dan menjauhi apa saja yang tidak disenangi oleh Allah. Tentu saja untuk menjadi pelayan Allah yang baik, ia harus mengetahui dengan jelas dan lengkap seluruh yang dapat menyenangkan Allah dan seluruh yang dibenci Allah. "Allah menilai setiap hamba-Nya dan paling tinggi derajatnya dihadapan Allah ialah orang yang paling taqwa kepada-Nya"
Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa, "Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian Muslim". Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah.
Jadi jelaslah tujuan pendidikan agama usaha memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa supaya cakap menyelesaikan tugas hidup yang diridhai Allah sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengabdi, taat dan patuh terhadap perintah dengan cara mengerjakan segala perintah dan meninggalkan larangannya.
Tujuan utama dan yang pertama dalam pengajaran agama adalah penumbuhan sikap positif dan cinta kepada agama. Sikap positif cinta agama itulah yang nanti akan membuat anak didik menjadi orang dewasa yang hidup mengindahkan ajaran agama, akhlak atau moralnya, tingkah laku, tutur kata dan sopan santunnya menggambarkan kehidupan agama dalam pribadinya. Sikap itulah nanti akan menyelamatkan dari berbagai godaan dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya. Ia akan dapat secara tangguh menghadapi segala persoalan hidup dan dapat bertahan dalam moral yang diberkati oleh yang Maha Kuasa.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat tujuan pendidikan Islam itu adalah sebagai berikut :
Menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam bubungannya dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari ala mini untuk kepentingan hidup di dunia dan di akhirat.
Dengan mengambil dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama adalah untuk mewujudkan kepribadian muslim dalam kehidupan manusia, baik dalam bentuk individu maupun masyarakat serta alam semesta.
Selain yang tersebut di atas, maka tujuan pendidikan agama Islam juga dirumuskan sebagai berikut :
1). Memahami ajaran agama, yaitu memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara, Masyarakat dan pribadi.
2). Meluhuran budi pekerti. Nabi Muhammad SAW telah menunjukan praktek-praktek budi pekerti yang luhur dengan amal perbuatan dan ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
3). Persiapan untuk bekerja.
Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja, berusaha dan jangan mengharapkan hujan. .
Keterangan di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengajarkan kepada pemeluknya agar taat beribadah kepada Allah SWT dan giat bekerja dan berusaha jangan sampai berpangku tangan mengharap hujan turun dari lagit.
B. Peran Masyarakat dalam Pembinaan Pendidikan Agama Bagi Remaja
Masyarakat adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat berperan memelihara dan mendidik anak, ini adalah bentuk yang paling sederahana dari tanggung jawab setiap orang yang merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya baik dengan cara memberikan bimbingan arahan dan lain sebagainya.
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga yang ikut bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, yaitu dengan cara mendidik, mengingatkan, nasehat menasehati dan lain sebagainya. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa :
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan anak, karena masyarakat besar pengaruhnya dalam memberikan arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa di dalamnya. Pemimpin masyarakat tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi anggota yang taat, baik dalam lingkungan keluarga, anggota sepermainannya, kelompok kelas dan sekolahnya. Bila anak menjadi dewasa diharapkan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik pula, sebagai warga desa, warga kota, dan warga negara.
Pendidikan yang di berikan masyarakat kepada anak tidak hanya dalam bentuk pendidikan jasmani. Tetapi juga dalam bentuk rohani, meskipun dari segi hukum bagi masyarakat menekankan pendidikan jasmani, tetapi dari segi kepentingan pendidikan anak tidak mengutamakan satu pendidikan atas bentuk pendidikan lainnya.
Dalam hubungannya dengan peran masyarakat bagi pendidikan Zakiah Daradjat mengatakan meyatakan sebagai berikut
Dipundak mereka dipikul tanggung jawab membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak . Ini berarti pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggara pendidikan, sebab merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini di tinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan"
Di manapun juga di dunia ini masyarakat merupakan tingkat pendidikan yang menyediakan kebutuhan biologis anak dan sekaligus memberikan pendidikannya. Sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakatnya, sambil menerima dan mengelola serta mewariskan kebudayaannya.
Pendidikan yang diberikan kepada anak dalam masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga dan masyarakat. Dalam masyarakat anak dipersiapkan menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya untuk memasuki dunia orang dewasa, baik dalam bahasa, adat-istiadat dan seluruh isi kebudayaannya.
Dapat di lihat bahwa dalam kehidupan sehari-hari rusaknya generasi muda merupakan suatu problema yang sukar di cari penyebabnya. Namun dapat diduga bahwa faktor lingkungan juga ikut menentukan. Kemungkinan kenakalan seorang anak akibat pengaruh lingkungan masyarakat.
Masyarakat mewujudkan dirinya dalam peranan-peranan tertentu. Bentuk peranan dan tindakan masyarakat di dalam usaha meningkatkan pendidikan anak serta sekaligus mendewasakan anak di sekolah. Usaha ini adalah sangat menentukan terhadap pendidikan anak di masa yang akan datang. Masyarakat yang menyadari akan tanggung jawab, maka akan berusaha untuk membimbing anaknya dalam melakukan kegiatan belajar.
Adapun peran masyarakat membinan pendidikan agama remaja adalah dengan cara :
1. Memberikan bimbingan
Bimbingan masyarakat dalam membinan pendidikan agama bagi remaja adalah dengan cara "memberikan arahan, masukan-masukan dalam usaha meningkatkan kualitas belajarnya, membantu kegiatan-kegiatan belajar maupun latihan-latihan lainnya". Dapat dilihat bahwa dalam kehidupan sehari-hari rusaknya generasi muda merupakan suatu problema yang sukar dicari penyebabnya. Namun dapat diduga bahwa faktor lingkungan yang paling menentukan.
2. Pengawasan
Pengawasan masyarakat sangat diharapkan dalam usaha meningkatkan pembinan pendidikan agama remaja, "masyarakat yang menyadari akan tanggung jawab, maka akan berusaha untuk membimbing remaja dalam melakukan kegiatan meningkatkan pembinan pendidikan agama remaja". Dalam hal ini masyarakat akan berusaha untuk membantu terhadap kesulitan-kesulitan dalam meningkatkan pemahaman pendidikan agama remaja, dengan cara mengadakan pengajian,ceramah agama dan lain sebagainya.
C. Bentuk-Bentuk Pembinaan Pendidikan Agama yang Diterapkan Bagi Remaja
Masyarakat turut serta dalam memikul tanggung jawabnya dalam pendidikan, secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara. Oleh karena itu masyarakat harus memperhatikan cara-cara pendidikan yang diterapkan kepada anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun bentuk-bentuk pembinaan agama yang diterapkan bagi remaja adalah:
1. Pembinaan dengan adat kebiasaan
Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan sangat mempengaruhi perkembangan agama dan pengenalan akhlak remaja. Hendaknya masyarakat harus membiasakan dengan sikap dan tingkah laku yang baik, sehingga dengan sedirinya anak dapat mecontoh apa yang ia lihat dalam kehidupan sehari-hari.
"Setiap remaja hendaknya ditanamkan ketauhidan kepada allah SWT. Agama harus dikenalkan sejak dini, bahwa sejauh ia masih dalam kandungan pengenalan agama dilaksanakan secara terus menerus melalui pembiasaan-pembiasaan dan perilaku yang baik yang dilaksanakan dalam masyarakat".
Masyarakat sangat besar pengaruhnya bagi anak-anak dalam membina pertumbuhan dan perkembangan pribadinya kearah yang baik dan diharapkan oleh agama. Apabila Masyarakat mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam berhubungan dengan Allah dan sesama mereka. Dapat menjadikan pula bagi anak-anak suatu pengalaman, serta dapat dijadikan modal dalam kehidupanya baik untuk melaksanakan ibadah kepada Allah maupun dikala mengadakan interaksi sesamanya.
2. Pembinaan dengan contoh Teladan
Pendidikan dengan keteladanan, baik berupa tingkah laku sifat, cara berfikir, dan sebagainya. Banyak para ahli berpendapat bahwa pendidikan dengan contoh teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Abdullah ’Ulwan, mengatakan “bahwa orang tua akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami peran itu apabila ia melihat pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya”.
Anak yang terdidik dirumah tangga secara baik dan terarah akan bertambah baik dan mudah menerima pendidikan dari lembaga lain. Oleh karena itu orang tua dalam melaksanakan pendidikan tidak hanya memberikan petunjuk dan binbingan, tetapi harus memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak remaja sebagaimana yang dijelaskan oleh Aisyah Dahlan :
Anak-anak lebih mudah meniru dan mencontoh dari pada mengerti ajaran- ajaran yang abstrak, mereka akan membuat seperti orang tuan dan bertingkah laku meniru mereka, maka oleh karenanya kewajiban ibu bapak adalah memberikan bimbingan, pinpinan dan suri teladan yang baik kepada anak-anaknya.
Dari kutipan di atas dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat memegan peranan penting dalam kehidupan anak remaja, karena semua anggota masyarakat harus memberikan contoh teladan yang baik dalam hidupya, baik tingkah laku, perkataan, perbuatan dan pergaulan, hal ini memberi pengaruh langsung dalam kehidupan remaja.
3. Pembinaan dengan Kebijaksanaan.
Dalam melaksanakan pendidikan, masyarakat harus bijaksana, tidak Boleh menerapkan pola otoriter, tetapi yang bersifat demokratis, yaitu memberikan kesempatan kepada remaja untuk berbuat, mengembangkan dirinya, tetapi dipihak lain masyarakat turut serta berperan aktif dalam mengontrol perilaku anak.
Sesuailah dengan pendapat Umar Hasyim :
Anak-anak kita adalah buah hati dan sandaran punggung kita. Kita adalah bagaikan langit yang memayungi mereka dan bagaikan bumi tempat mereka berpijak, jika mereka jengkel, usahakan agar mereka berhati penuh kerelaan. Jika mereka meminta sesuatu usahakanlah engkau memenuhi permintaan mereka. Dan janganlah kita menjadi pintu penutup atau kayu penghalang bagi mereka, sehingga mereka bosan akan hidup kita dan berpengharapan agar kita segera mati.
Begitu juga dalam mendidik anak orang tua tidak boleh pilih kasih atau berat sebelah, karena sikap masyarakat yang dimikian akan mengakibatkan perasaan sedih dan dendam atau permusuhan antara satu remaja dengan remaja lainnya, akhirnya antara sesamanya timbul cekcok dan tidak rukun, maka masyarakat harus pandai-pandai membawa sikap dalam mendidik remaja.
4. Pembinaan dengan memberikan hukuman
Hukuman merupakan suatu metode yang diterapkan dalam keluarga, agar si anak jera dan berhenti dari hal-hal yang buruk. Dalam memberikan hukuman janganlah memukul remaja sampai ia menjerit-jerit menolong, yang tentu saja amat sakit, tetapi dalam memberikan hukuman masyarakat harus bijaksana, misalnya apabila anak malas shalat malas mengaji maka hukuman yang diberikan kepadanya yaitu dimarahi sekedarnya.
"Hukuman baru dilakukan apabila metode lain, seperti nasehat dan peringatan tidak berhasil guna memperbaiki anak, sebelum dijatuhi hukuman, anak hendaknya lebih dahulu diberi kesempatan untuk memperbaiki diri". Hukuman yang dijatuhkan kepada anak hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak akan mengulanginya.
Sebenar tanggung jawab mengenai keagamaan bukanlah hanya tanggung jawab negara, akan tetapi hak dan tugas setiap kepala keluarga, dalam hal ini orang tua. Mereka mempunyai hak terhadap pendidikan remaja. Masyarakat harus mampu memberikan hal-hal yang terbaik kepadanya.
Aspek-aspek keagamaan yang diberikan masyarakat bagi remaja adalah :
a. Aspek Akhlakul Karimah
Berbicara mengenai pembinaan akhlak remaja ini sangatlah tergantung kepada dasar orang tuanya, jika ia dilahirkan dalam lingkungan masyarakat yang beriman dan beramal shaleh maka ia juga dengan sendirinya berkembang dan tumbuh dengan baik. Karena masyarakat yang selalu menjalankan syariatnya secara tidak langsung orang tua tersebut telah mendidik remaja untuk ikut mengerjakan seperti yang ia kerjakannya. Oleh sebab itu berbicara mengenai masalah pembinaan akhlak remaja berarti juga seiring dengan berbicara mengenai perkembangan keagamaan mereka, karena akhlak itu merupakan realisasi dari pada pembinaan keagamaan.
b. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah.
Kedua ibadah ini dapat menjadi penunjang dalam pembinaan keagamaan pada anak, ibadah mahdhah misalnya dia mempunyai rukun dan syarat-syarat tertentu dalam pelaksanaannya. Yang termasuk dalam ibadah ini adalah kelima rukun Islam yang dijadikan sebagai pedoman hidup muslim, seperti mengucapkan dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat dan haji.
Sedangkan ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang dilakukan tanpa syarat dan ketentuan-ketentuan tertentu. Seperti menolong orang yang jatuh, tabrakan dan lain-lain sejenisnya.
Dalam ibadah ini tidak dibutuhkan ketentuan-ketentuan tertentu dalam menolong seseorang, miskin kaya, cantik, jelek bukan menjadi ukuran bagi seseorang dapat atau tidaknya diberikan pertolongan kepadanya.
Jadi dengan melalui ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah tersebut orang tua dapat membina keagamaan pada anaknya dengan baik, karena ibadah ini dapat meningkatkan ketauhidannya kapada Allah SWT.
Keluarga menentukan terhadap pembinaan keagamaan remaja. Hubungan yang baik antara orang tua dan anak sangat perlu di perhatikan dan orang tua harus membiasakan, melatih dan mengajari anak-anaknya berbuat baik seperti patuh dan taat kepada orang tua, mengerjakan ajaran agama dan menjauhkan semua perintah Allah dengan demikian pembinaan keagamaan remaja akan lebih mudah terwujud dan terbentuk sehingga ia dapat menjadi orang yang agamis.
Tetapi amatlah di sayangkan andai kata ada orang tua yang tidak mampu memberikan pendidikan dan pembinaan keagamaan anaknya sehingga ia tidak terbentuk seperti yang diharapkan. Zakiah Daradjat dalam hal ini mengatakan : "Akan tetapi amatlah kita sayangkan melihat kenyataan, banyak orang tua yang mengerti ajaran agama yang di anutnya bahkan banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu, sehingga didikan agama praktis tidak pernah dilaksanakan dalam banyak keluarga"
Jadi jelaslah bahwa masyarakat merupakan tempat pembinaan keagamaan, di sini bukan saja mengajarkan remaja mengenal huruf arab saja, namun perlu di bombing dengan sifat terpuji baik sengaja maupun tidak sengaja semua itu di praktekkan oleh orang tua. Selaga sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga mulai sikap dan pergaulan di dalam masyarakat mempengaruhi bagi pembinaan keagamaan anaknya, kalau masyarakat baik, maka baiklah pembinaannya, dan sebaliknya bila jelek maka jelek pula pembinaannya. Hubungan dan pergaulan dalam masyarakat harus mencerminkan kehidupan seorang muslim pada setiap anggota masyarakat baik perbuatan, perkataan dan sebagainya. Dengan demikian pembinaan keagamaan remaja ikut terbantu adanya.